Senin, 06 Juni 2016

Selamatkan Generasi Muda

Pentingnya menyelamatkan generasi muda
Shalom, saya seorang guru dari tahun 2006an, jadi sebelum saya beres kuliah saya udah jadi guru, dan saya lihat “pemandangan yang mengerikan” dengan generasi2 sekarang, saya melihat anak-anak sekarang mudah rapuh dan mengalami kemunduran secara fisik dan mental, kenapa bisa begitu? Itu karena pertama adalah pola asuh orang tua yang semakin lama semakin kacau, ortu tidak mendidik anak secara alkitabiah melainkan mengikuti pola dunia yang semakin kacau. Yang kedua adalah karena makanan (yang semakin tidak sehat dan makanan anak yang mengandung gizi berlebih). Yang kedua adalah lingkungan sekitar (TV)
Mengapa generasi sekarang menjadi mundur?
1.   Pola asuh ortu yang salah
Untuk pendahuluan mari kita buka dulu (Yoel 2:28) : Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
Disini kita bisa melihat bahwa Tuhan memperhatikan generasi muda dan mau memakai mereka, maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai partnernya Tuhan untuk mewujudkan Firman Tuhan yang sudah tertulis dengan jelas disini. Kita harus mendidik mereka dari kecil jangan sampai mereka sudah terbentuk menjadi pribadi yang rusak pada masa remaja mereka, kenapa? Karena sudah jelas akan susah dibentuk menjadi yang Tuhan inginkan. Saya pernah mendapatkan ayat  (Yesaya 61:4) : Mereka akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan mendirikan kembali tempat-tempat yang sejak dahulu menjadi sunyi; mereka akan membaharui kota-kota yang runtuh, tempat-tempat yang telah turun-temurun menjadi sunyi.
Yang menarik perhatian saya adalah kata2 “membaharui kota-kota yang runtuh” apa maksud nya disini? Seorang hamba Tuhan pernah menjelaskan : Bahwa seorang tukang bangunan akan lebih susah untuk membangun suatu bangunan diatas bekas reruntuhan/puing-puing bangunan dibanding dengan membangun suatu gedung diatas tanah rata/tanah yang belum pernah dibangun apa-apa sebelumnya.
Apa hubungannya? Tadi saya cerita kalau saya pernah menjadi guru TK sampai SMP, saya juga belajar psikologi, teorinya berkata bahwa anak mudah dibentuk ketika usia emas (0-5 tahun) disaat itu lah sangat menentukan mau menjadi apa anak itu kedepannya. Mereka seperti bangunan yang  dibuat ditanah rata. Sangat mudah dibentuk mau menjadi seperti apa anak ini/bangunan ini. Tapi apa yang terjadi jika anak remaja yang sudah terbentuk (terlanjur mudah sakit hati dengan orang, terlanjur mudah tersinggung, terlanjur manja, kesombongan yang diturunkan dari orang tua) mereka akan sangat sulit sekali untuk dibentuk, itu seperti kita harus membangun ulang gedung yang sudah runtuh, gedung yang bocor disana-sini, gedung yang pondasinya sangat rapuh siap rubuh, banyak puing-puing yang mengganggu proses pembangunan gedung baru, itu semua benar-benar harus bersih disingkirkan, dan itu butuh waktu dan proses yang tidak sebentar dan butuh ekstra kerja keras. Bayangkan sekitar 13 tahun jiwa remaja telah terbentuk dari kecil sampai besar diisi pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan Firman oleh orang-orang terdekat mereka dan kita sebagai orang luar harus merubah sifat/kejiwaan mereka dengan waktu yang singkat, kalau bukan Tuhan yang bekerja pasti akan sangat sulit dan bahkan dalam beberapa kasus tidak bisa ditangani lagi (ini saya berbicara tentang yang ekstreem nya juga ya..)
Tadi saya bicara saat ini banyak pengajaran yang tidak benar, nah ada seorang tokoh namanya Benjamin Spock, dia lahir di Amerika dan mengajarkan kalau anak itu tidak boleh dipukul, anak itu tidak boleh dimarahi, tidak boleh dibentak, harus dikasi apa yang dia mau, dsb, dsb, dsb…wow luar biasa. Sekarang kita lihat apa yang dikatakan ALkitab tentang ini Amsal 23:13-14
(13) Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan.
mati,
Versi bahasa Indonesia sehari2) :
(13)Janganlah segan-segan mendidik anakmu. Jika engkau memukul dia dengan rotan, ia tak akan mati
(14) Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.
Dan kita lihat juga Ibrani 12 : 5-8
(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
(6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
(7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
(8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita itu harus mendidik anak dengan tegas dan disiplin, kalau memang anak perlu dihajar ya hajarlah dia, lebih baik dihajar ortu/guru dibanding dihajar oleh orang lain, karena itu sudah hukumnya, anak yang tidak pernah dapat hajaran ortu atau melarang guru untuk mendidik anaknya maka anak itu akan dihajar org lain, ortu/guru menghajar anak masih dengan perasaan, lah kalo preman menghajar itu seperti apa? Saya sebenarnya ada setujunya juga pendapat seperti itu, tapi pengajaran itu tidak cocok untuk aspek yang lain, itu akan membuat anak menjadi lemah tak berdaya. Saya setuju jika tidak semua orang perlakuannya harus sama, ada yang harus lembut, ada yang harus keras, tapiii…..Apakah semua orang mengerti akan hal itu??? Apakah semua orang peduli dengan hal itu?? Kebanyakan orang mah ga peduli itu orang harus diperlakukan seperti apa, pokonya kalau kamu salah saya siksa, kan gitu klo ngomong kasarnya mah…kita tidak bisa mengharapkan semua orang berlaku lembut utnuk kita atau anak kita, nah kalau anak kita sudah terbiasa kita perlakukan lembut, tiba2 dpt bos yang galak gmn?? Apakah kalian para ortu akan minta ke bos anak kalian…” bos tolong ya, ini anak ga bisa dikerasin, bos itu ngomong nya harus baik2 ke dia, kalo bos ngomongnya baik2, saya jamin deh anak ini pasti nurut”  Helooo…? Dilingkungan keluarga / sekolah ya mungkin bisa-bisa aja seperti itu, tapi di dunia luar sana yg kejam bagaimana? Apakah si anak bsia bertahan?  (ceritakan bbrp kejadian konyol ttg kemanjaan org2 (ank mahasiswa,dll)) Cucu dari Benjamin Spock mati bunuh diri, dan dia sendiri bercerai dengan istrinya, bagaimana mungkin kita bisa mengikuti ajaran dia kalau keluarganya sendiri kacau seperti itu? Apakah mau anak kita nanti mati bunuh diri karena pengajaran tersebut? Karena dengan konyolnya tetap bnyk org yang mengadopsi pengajaran dia, termasuk di Indonesia, anak tidak boleh dimarahin, klo dimarahin lgs lapor ke polisi, perasaan jaman saya dulu kalo di tampar guru ga berani lapor ortu soalnya takut ditambahin, klo anak skrg itu enak, pasti dibela ortu mau segimana salahnya anak pasti dibela, ya siap2 aja metik hasilnya nanti di masa depan seperti apa kita liat aja nanti…
Makanya amat sangat penting untuk memberikan pendidikan yang benar pada anak usia dini. Jaman sekarang banyak sekali ortu yang berkata “anak saya jangan sampai susah seperti saya, harus lebih baik dari saya” Jadi apa yang ortu sekarang buat? Benar-benar itu anak tidak dibuat susah, apa yang diminta anak pasti diberi dengan sangat gampang bin mudah tanpa si anak bersusah payah untuk memperolehnya. Saya setuju dengan perkataan “anak harus lebih baik dari pada ortu” Yesss….tapi saya tidak setuju jika si anak tidak sampai susah seperti ortunya pada jaman dulu.
Saya akan menunjukkan betapa berbahayanya jika ortu memanjakan anak, saya akan buktikan dengan beberapa contoh2 di Alkitab, dan ternyata mereka ini sebenarnya adalah tokoh-tokoh besar Alkitab, tapi mereka gagal dalam mendidik anak, kita akan belajar dari kesalahan mereka hingga kita bisa waspada dan tidak mengulangi kesalahan2 mereka semua. 
Sekarang mari kita lihat contoh yang pertama:
(2 Sam 12:25) : Dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN. Seorang hamba Tuhan berkotbah tentang ini, dan ssebelumnya saya benar-benar tidak tahu kalau Salomo itu seharusnya bukan bernama Salomo, tapi bernama Yedija. Lalu mengapa tetap dinamai Salomo? Saya akan mengutip kotbah hamba Tuhan ini : Yedija itu artinya “yang dikasihi Tuhan” bisa dilihat pada ayat sebelumnya dikatakan “Tuhan mengasihi anak ini” Begitu Daud mendengar hal itu mungkin terbayang oleh dia bagaimana kisah hidup dia sendiri, dia sangat sangat mengerti artinya dikasihi Tuhan, Daud paham bagaimana cara Tuhan mengasihi dia, dikasihi Tuhan itu berarti dia harus menghadapi mulut singa dan cakar beruang, dikasihi Tuhan berarti dia harus menghadapi Goliat, dikejar-kejar Saul, dan sebagainya sebagainya. Mungkin dalam hatinya dia berkata “anak saya jangan sampai susah seperti saya, harus lebih baik dari saya” persis dengan yang dikatakan ortu2 jaman sekarang, “udah lah anakku ini ga usah ngalamin susah kaya ortunya, lebih baik aku menamakannya Salomo saja (Shalom) biar hidupnya aman2 aja, ga usah susah2, ga usah perang2 segala, tapi Daud lupa, tapi ortu2 skrg lupa bahwa didikan dari Tuhan itu lah yang menjadikan Daud raja terbesar Israel sampai sekarang, ortu2 lupa bahwa kesulitan-kesulitan itu lah yang membuat mereka menjadi kuat dan sukses dan mampu menyekolahkan anak2nya sampai sekarang. Sekarang lihat apa yang terjadi dengan Salomo? Dia memang menjadi raja yg terkaya sesuai dengan harapan Daud, tapi bukan harapan Tuhan, Salomo semasa hidupnya memang damai (shalom) sesuai dengan keinginan Daud tapi bukan keinginan Tuhan, di akhir hidupnya Salomo berbalik setia, raja paling berhikmat berubah setia dan menyembah berhala, Daud tidak sadar bahwa didikan Tuhan itulah yang membuat nya SETIA sampai akhir!! Jangan tolak didikan Tuhan, sesakit apapun itu baik untuk jiwa kalian. Terima didikan Tuhan karena kuk nya Yesus yang kalian pikul, bukan yang lain. 
Ok skrg ke contoh yg 2 masih tetap Raja Daud, luar biasa….:
Kita lihat 1 Raja 1 : 5-6
(5) Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya.
(6) Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: "Mengapa engkau berbuat begitu?" Ia pun sangat elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom.
Belum lagi perkara Amnon, Tamar, dan Absalom, kalau saya jelaskan juga akan jadi sangat panjang, kalian bisa baca sendiri di rumah kisahnya. Ok… Lihat ayat ini?  Apa namanya kalau bukan memanjakan anak? Dan lihat hasilnya? Pemberontakan, pemberontakan, dan pemberontakan, banyak nasib anak Daud berakhir dengan tragis. Berapa banyak anak yang meninggal sia-sia karena narkoba, karena kecelakaan karena diberi kendaraan belum waktunya, pergi dari rumah karena kecewa dengan ortu dan mengenal pergaulan malam menjadi LGBT atau apapun…Dari mana akarnya kalau bukan dari pendidikan ortu.
Kita cepat saja ke contoh yang ke 3. Kita buka 1 Sam 3 : 13
(13) Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!
Kalau kalian baca semua kisahnya itu anak2 imam Eli sangat jahat kelakuannya, tapi anehnya sama Imam Eli tidak pernah ditegur, dia hanya berkata “ayo jangan gitu dong nak…itu tidak baik, itu dosa loh..” Tidak diberi pengertian, tidak diberi teguran dengan keras, dan apa akibatnya? Seluruh keluarganya mati terbunuh. Teguran itu menyelamatkan, bukan untuk menyakiti. Tadi saya bilang kalau ank tidak dihajar oleh ortu/guru akan dihajar preman, nah ini lbh bahaya lg, apa akibatnya klo sampai yg menghajar itu Tuhan?? Ngeri..
Ok contoh terakhir ada di kitab Ayub 1 : 5
(5) Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
Kita bisa lihat disini ternyata Ayub itu bukan bapa yang baik, karena terlihat disini Ayub kurang bergaul baik dengan anaknya, ohh….mungkin ank saya seperti ini, ohh…saya pikir,oh…oh…oh… hanya berasumsi saja, dan bukannya mendidik anaknya untuk menguduskan diri mereka sendiri tapi malah Ayub mengerjakan semuanya itu sendirian sedangkan anak2nya kerjanya hanya berpesta pora setiap hari. Ortu macam apa yang hanya membiarkan anak2nya bermain2 setiap hari, pesta2 tiap hari, ga ngajarin anaknya untuk beribadah menguduskan diri, memberi persembahan, hanya Ayub saja yang melakukan itu semua sedangkan anak2nya dibiarkan pesta2.
Disini saya sudah membuktikan bahwa pengajaran ALkitab lebih hebat dari pada pengajaran dunia yang hanya bisa memanjakan anak, dan kita juga sudah melihat bukti2 nyata apa yang terjadi jika kita tidak mendidik anak kita dengan benar, hasilnya akan dirasakan nanti bukan sekarang, jadi jangan kaget jika ternyata anak2 kalian tidak menjadi sesuai yang kalian harapkan. Jadi tentukan lah pilihan kalian sekarang, apakah kalian akan setia pada Alktab kalian atau ikut pengajaran dunia? Pilihan ada ditangan kalian masing2 ingat anak itu titipan Allah, ketika kalian salah didik anak, Allah juga yang akan sedih melihat itu semua.