Dulu saya kurang paham mendengar
perkataan Yesus seperti judul diatas, saya tahunya : orang-orang yang
menyalibkan Tuhan Yesus itu tahu banget apa yang mereka lakukan, mereka
melakukan apa yang mereka percayai, tidak pernah ada satu orang pun yang berani
menyatakan bahwa aku adalah anak Allah, itu akan bisa berakibat fatal. Makanya
ketika Yesus nekat menyatakan demikian, maka sudah bisa dipastikan hukuman
matilah konsekuensinya. “Simple” Ngaku-ngaku dia Tuhan = mati. Kemudian ada
pendapat kalau mereka tidak tahu karena hati mereka tertutup, telinga mereka
tertutup, mereka bebal dan tegar tengkuk sehingga sulit menerima sesuatu hal
yang baru. Ya saya setuju banget itu, nah hari ini Roh Kudus mengajarkan
sesuatu lagi yang lebih dalam kenapa telinga dan hati mereka tertutup, tidak
mau menerima sesuatu yang baru.
Hal ini saya dapat ketika saya
merenung tentang bayi yang baru lahir (karena saya baru mempunyai dede bayi).
Saya lihat anak saya..so adorable, so cute, so pure and INNOCENT. Ya...bayi
tidak bersalah dan tidak berdaya. Lalu kenapa bisa bayi2 yang tidak bersalah
dan tidak berdaya itu bisa menjadi seorang pembunuh beradarah dingin? Seorang
psikopat? Extreemist? Seorang yang cacat jiwanya? Sakit mentalnya? Padahal
semua bayi dilahirkan dengan jiwa dan mental yang sehat. Benar-benar polos,
lucu dan lugu. Ya pasti kalian sudah menebak kemana arahnya. Orang tua! Bayi
itu seperti kertas putih yang halus dan bersih, dia tidak bisa menulis atau
menggambar sendiri kertas yang nota bene itu milik dia sendiri, tidak bisa!
Atau seperti komputer/robot yang tidak bisa menginstall dirinya sendiri dengan
suatu program-program ilahi, tidak bisa! DIA HANYA BISA PASRAH! Dia tidak
berdaya apa-apa. Orang tua lah yang menuliskan sesuatu, menggambarkan sesuatu,
mengisntal programnya. Apa yang mereka tulis disitu?? Kebaikan kah? Kekejaman
kah? Istall program yang bermanfaat atau program penghancur?
Jika orang tua menuliskan sesuatu
yang baik, si bayi hanya bisa diam. Jika orang tua menulis suatu kepahitan, si
bayi hanya bisa diam. Jika orang tua menggambar pelangi yang indah, si bayi
hanya bisa pasrah. Jika orang tua menggambar badai yang hitam, si bayi hanya
bisa pasrah. Program apa yang kalian masukan? Akan menjadi seperti itulah
bayi-bayi tersebut. Saya menonton klip-klip tentang bayi-bayi yang lucu-lucu
terlihat bahagia dengan orang tuanya, dan saya juga menangis ketika melihat ada
bayi-bayi yang amat sangat jarang diberi sentuhan fisik semisal belaian dan
pelukan, itu bayi akan berubah menjadi kasar dan keras, yang lebih parah ada bayi-bayi
yang disiksa oleh orang tua atau pengasuhnya, dari tahap biasa sampai pada
tahap yang biadab. Saya sampai berdoa “Tuhan biarlah mereka meninggal” Mungkin
kalian menganggap saya jahat, tidak berprikemanusiaan, mungkin saya sama
biadabnya dengan mereka....ya mungkin juga sih. Saya berpikir, lebih baik
bayi-bayi itu kembali pulang kepangkuan Bapa di surga, disana lebih nyaman dari
pada harus lahir kedunia yang sudah rusak ini dan disiksa dengan biadab sejak
dari bayi. Siapa juga yang ingin dilahirkan kedunia ini? Saya secara jujur
katakan, kalau boleh memilih, saya juga tidak mau dilahirkan kedunia ini. Saya
tidak meminta dilahirkan. Tapi kita semua – bayi2 tersebut tidak berdaya, dan
hanya pasrah ketika dikirim ke dunia ini. Saya berdoa “Tuhan biarlah mereka
meninggal” karena saya sangat tidak tahan menonton penderitaan mereka yang
tidak berdosa, lemah, dan tidak berdaya. Masih kecil disiksa, dipukul. Mereka
hanya bisa menangis dan tidak bisa membela diri. Jiwa mereka akan rusak, kepahitan terjadi,
orang tua menginstal suatu program penghancur dalam jiwa anak yang tidak
berdosa itu, ketika jiwa mereka rusak apa yang bisa terjadi? Hal mengerikan
yang bisa terjadi, bayi yang lucu bisa berubah menjadi buas, bayi yang tidak
bersalah dan tidak berdosa bisa berubah menjadi pendosa besar, akhirnya apa?
Neraka lah yang menjadi bagian mereka saya tidak tahan membayangkan itu semua,
makanya saya berpikiran kejam seperti itu.
Anak bayi / anak kecil bisa dituntun
oleh orang tuanya kesurga, tapi mereka pun bisa dituntun orang tua nya ke
neraka tanpa mereka sadari ( mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ). Anak
kecil hanya menurut saja, digiring kemanapun orang tua nya mau. Jangan bilang
“kalau sudah besar mereka akan bisa menentukan sendiri”, saya katakan “omong
kosong” kenapa saya katakan seperti itu? Ya mungkin bagi beberapa orang bisa
terjadi, tapi itu perbandingan berapa banding berapa? 1:2 kah? Atau
kemungkinan-nya 1:100 atau 1:10.000? Begini...jangankan orang yang tidak
mengenal Tuhan / orang yang jiwanya sudah rusak dari bayi, lah kita sendiri
gmn?? Apakah kita gampang dibentuk? Ketika kita ditegur apa respon kita?
Marahkah atau menerima dengan kerendahan hati? Lebih lanjut lagi, jangankan
kita, pelayan-pelayan Tuhan sekaliber dunia pun bisa jatuh, mereka yang
hubungan dengan Tuhan lebih intim dan lebih banyak dari kita pun jatuh, lah
kita gmn? Ok lebih jauh lagi, jangankan pelayan-pelayan Tuhan, tokoh-tokoh
Alkitab yang hebat pun bisa jatuh, Salomo kurang hebat apalagi dia? Tapi dia
jatuh kedalam penyembahan berhala, dimana hikmatnya yang luar biasa ketika itu?
Lagi jalan-jalan ke luar negeri barangkali hikmat Salomonya. Adam jatuh, segitu
dia bergaul benar-benar face to face dengan
Allah, dan tokoh-tokoh lainnya. Lihat itu, dari paling atas, tokoh-tokoh hebat
Alkitab jatuh. Pelayan-pelayan Tuhan kelas dunia jatuh. Kita apalagi. Dan juga
apalagi yang dari awal tidak mengenal Kristus. Paling parah lagi, gimana dengan
orang yang jiwanya sudah rusak dari bayi??? Apakah gampang bagi mereka? Kita
yang sehari-hari doa, baca Alkitab pun susah sekali, kita harus berjuang
mempertahankan keselamatan kita sedangkan iblis dengan santainya “hanya
mempertontonkan dosa” siapa tau kita melirik dan tergoda. Strategi iblis yang jitu
dan tidak perlu mengeluarkan tenaga banyak. ( Ingat kisah Bileam, dia tidak
berhasil mengutuk bangsa Israel, tapi dia dengan cerdiknya memamerkan
perempuan-perempuan Moab untuk menggoda bani Israel, dan sudah bisa ditebak
hasilnya...mana tahan brooo...??) Sangat efektif strategi iblis itu.
Sedih hati saya membayangkan hal itu
semua, nangis saya merenungkan hal ini. Jiwa sia-sia tergiring ke neraka,
bahkan dari bayi yang tidak berdosa, mereka seperti anak lembu digiring
kepembantaian tanpa mereka tahu apa-apa karena sudah dibentuk oleh orang
tuanya, karena sudah digiring oleh orang tuanya dari kecil. Saya lihat
anak-anak kecil diberi pakaian teroris dan senjata buat perang, di suruh teriak
“bunuh-bunuh” Ya namanya anak kecil mah nurut-nurut aja, apa yang mereka lihat
kesenangan bagi orang tuanya ya mereka anggap itu baik. Apa yang salah dengan
itu semua bagi anak-anak? Bagi anak-anak ya itu semua tidak ada yang salah,
tidak masalah, mereka melihat orang tua mereka tertawa, tersenyum, ya mereka
pikir itu baik, teriak “bunuh” itu baik. Dan hilanglah mereka ke neraka karena
ketidaktahuan mereka digiring oleh orang tuanya masing-masing.
Mungkin ini sebabnya Tuhan memberi
saya bayi, agar bisa merenungkan ini semua, saya menggendong anak saya dengan
perasaan sedih, anak saya mungkin beruntung bersama dengan saya, tapi saya
membayangkan anak-anak lain yang tidak seberuntung anak saya, bayi-bayi yang
terlantar, bahkan disiksa secara biadab oleh orang tuanya. Saya merenungkan,
banyak orang tua – orang tua yang baik hati dan mendambakan anak tapi selama
bertahun-tahun tidak juga dikasih anak, tapi saya juga melihat orang-orang
dipinggir jalan anaknya sampai 3-4, saya merenungkan seandainya itu anak
dilahrikan dari orang tua yang baik-baik....tapi itu anak-anak jalanan, apa
yang dituliskan oleh orang tuanya / lingkungannya pada jiwa mereka? Mengemis,
me-ngelem, banyak dijual dan diperkosa dari sejak kecil, rusaklah jiwa mereka,
dan setelah itu apa? Neraka?
Sekarang saya paham doa Tuhan Yesus
ketika disalib “Bapa AMPUNILAH mereka” dulu saya berpikir buat apa mereka
diampuni, mereka toh tahu betul apa yang mereka kerjakan, secara daging ya
mereka tahu, tapi secara roh mereka tidak tahu karena jiwa mereka sudah rusak
dan tercemar akibat doktrin-doktrin orang tua mereka yang salah. Orang-orang
Yahudi sudah terdoktrin tentang taurat, makanya mereka tidak bisa menerima
ajaran cinta kasih. Sekarang saya belajar mencintai dan mengasihi jiwa-jiwa,
memang tidak mudah, bohong lah kalau dibilang gampang mah, setelah saya
merenung seperti ini pun ketika saya membaca berita tentang politik atau
apapun, dalam hati juga saya masih berpikir “tau rasa nanti kamu dineraka,
jahat banget kamu jadi orang”
Kita belajar mengasihi jiwa-jiwa,
memandang orang yang jahat dari sudut pandang yang berbeda, karena MEREKA TIDAK
TAHU APA YANG MEREKA PERBUAT, kasihan mereka, kita tidak tahu kalau mungkin
dari kecil mereka sudah rusak jiwanya, karena mereka pun dulu sama seperti
kita, sama seperti anak saya yang saya gendong dan saya kasihi, tidak bernoda,
tidak bercela, mereka sama, tapi mereka digiring oleh orang tua mereka, ditulis
oleh orang tua mereka, diinstall oleh orang tua mereka dengan sesuatu yang
salah, pasti juga orang tua mereka juga disesatkan oleh orang tuanya, dan
begitu seterusnya sampai ke atas.
Saya menangis, memohon,
berharap...Tuhan kalau bisa udahlah anak-anak bayi yang lucu yang telah berubah
jadi jahat itu tidak usah masuk neraka, kasian banget mereka, mereka ga bisa
milih orang tua yang baik, orang tua yang bisa menghiasi kehidupan mereka
dengan keindahan, menulis yang baik di jiwa mereka. Lain halnya kalau itu
anak-anak bisa memilihi dan bisa membela diri, tapi kan ngga! Tuhan...ilang
masih mending dah dari pada dibuang-buang ke neraka, jadi jiwanya ga ada lagi,
ilang. Seandainya begitu Tuhan..
Saya juga teringat ketika membaca
kisah bangsa Israel yang dipimpin Musa keluar dari Mesir ke tanah perjanjian,
sepanjang perjalanan mereka setiap hari melihat kuasa dan keajaiban yang Tuhan
tunjukan, tapi apa yang terjadi, mereka tetap tegar tengkuk, pernah ada
kejadian beberapa dihukum Tuhan, saya pikir mereka akan bertobat, tapi nyatanya
tidak tuh...mereka tetap berbuat dosa, padahal baru kemaren mereka menyaksikan
rekan mereka dihukum Tuhan langsung didepan mata mereka. Waktu itu saya
berpikir “betapa bodohnya mereka”, tapi pandangan itu berubah ketika saya
mendengar seorang pendeta yang membahas betapa menderitanya bangsa Israel
ketika diperbudak bangsa Mesir, mereka ditelanjangi dalam kesehariannya,
anak-anak melihat orang tua, rekan-rekan mereka, bahkan mereka sendiri juga
ditelanjangi, benar-benar dipermalukan sehingga harga diri mereka sudah tidak
ada lagi, hancur. Dan saat itu juga saya langsung menyadari betapa rusaknya
jiwa mereka, pikiran bahwa mereka budak yang tidak berdaya, yang tidak ada
apa-apanya, yang hina, belum lagi penyembahan berhala-berhala sudah pasti
benar-benar merasuk ke dalam darah dan jiwa mereka, rusak jiwa mereka. Dan
sekarang saya baru paham kenapa mereka begitu “bodoh”. Sudah jelas-jelas Tuhan
Allah lah pencipta yang sesungguhnya, sudah membuktikan kuasanya setiap hari,
tapi tetap mereka melakukan penyembahan berhala. Yaahhh...ga bisa berkata
apa-apa saya...selain bengong dan merenungkan bagaimana nasib mereka, apakah
mereka di neraka sekarang? Karena dari kecil, dari bayi lugu dan polos mereka
sudah dirusak jiwanya. Mereka tidak masuk tanah Kanaan karena binasa dipadang
pasir... Saya merenung dan berdoa..Ya Tuhan mereka ga masuk tanah Kanaan ya
sudah lah...tapi apa mereka masuk neraka juga? Dari kecil mereka ditulis
jiwanya yg putih murni itu oleh tangan-tangan bangsa Mesir. Di install dengan
dewa-dewa Mesir.
Nah..kalau semisal dari kecil sudah
dapat pendidikan yang sehat secara jasmani dan rohani, kalau semisal mempunyai
orang tua yang baik dan cinta Tuhan tappiiii...ketika sudah besar dan sudah
bisa berpikir sendiri, dan jiwa mereka pun secara sehat dan sadar tetap menolak
Tuhan...yaaa sudahlah, mungkin neraka lah bagian mereka, itu merupakan pilihan
mereka sendiri. Seperti contoh orang yang akan hidup 1000thn setelah 7thn
penyiksaan berat, mereka hidup tanpa ada iblis, dan dipimpin langsung oleh
Tuhan, tapi toh ternyata mereka ada saja yang menentang Tuhan, dan akibatnya
mereka dibinasakan. Itu saya masih ok, tapi begitu saya membayangkan apa yang
saya tulis tadi diatas, sepertinya saya tidak rela, tidak adil. Rasanya saya
ingin berjuang menyelamatkan mereka, kalau bisa saya ingin menyelamatkan mereka
dari bayi, ingin sekali saya mempunyai panti asuhan terbesar didunia. Tuhan
tolong...selamatkan mereka, selamatkan kami semua.