Selasa, 06 November 2018

Mereka Tidak Tahu Apa Yang Mereka Lakukan



            Dulu saya kurang paham mendengar perkataan Yesus seperti judul diatas, saya tahunya : orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus itu tahu banget apa yang mereka lakukan, mereka melakukan apa yang mereka percayai, tidak pernah ada satu orang pun yang berani menyatakan bahwa aku adalah anak Allah, itu akan bisa berakibat fatal. Makanya ketika Yesus nekat menyatakan demikian, maka sudah bisa dipastikan hukuman matilah konsekuensinya. “Simple” Ngaku-ngaku dia Tuhan = mati. Kemudian ada pendapat kalau mereka tidak tahu karena hati mereka tertutup, telinga mereka tertutup, mereka bebal dan tegar tengkuk sehingga sulit menerima sesuatu hal yang baru. Ya saya setuju banget itu, nah hari ini Roh Kudus mengajarkan sesuatu lagi yang lebih dalam kenapa telinga dan hati mereka tertutup, tidak mau menerima sesuatu yang baru.
            Hal ini saya dapat ketika saya merenung tentang bayi yang baru lahir (karena saya baru mempunyai dede bayi). Saya lihat anak saya..so adorable, so cute, so pure and INNOCENT. Ya...bayi tidak bersalah dan tidak berdaya. Lalu kenapa bisa bayi2 yang tidak bersalah dan tidak berdaya itu bisa menjadi seorang pembunuh beradarah dingin? Seorang psikopat? Extreemist? Seorang yang cacat jiwanya? Sakit mentalnya? Padahal semua bayi dilahirkan dengan jiwa dan mental yang sehat. Benar-benar polos, lucu dan lugu. Ya pasti kalian sudah menebak kemana arahnya. Orang tua! Bayi itu seperti kertas putih yang halus dan bersih, dia tidak bisa menulis atau menggambar sendiri kertas yang nota bene itu milik dia sendiri, tidak bisa! Atau seperti komputer/robot yang tidak bisa menginstall dirinya sendiri dengan suatu program-program ilahi, tidak bisa! DIA HANYA BISA PASRAH! Dia tidak berdaya apa-apa. Orang tua lah yang menuliskan sesuatu, menggambarkan sesuatu, mengisntal programnya. Apa yang mereka tulis disitu?? Kebaikan kah? Kekejaman kah? Istall program yang bermanfaat atau program penghancur?
            Jika orang tua menuliskan sesuatu yang baik, si bayi hanya bisa diam. Jika orang tua menulis suatu kepahitan, si bayi hanya bisa diam. Jika orang tua menggambar pelangi yang indah, si bayi hanya bisa pasrah. Jika orang tua menggambar badai yang hitam, si bayi hanya bisa pasrah. Program apa yang kalian masukan? Akan menjadi seperti itulah bayi-bayi tersebut. Saya menonton klip-klip tentang bayi-bayi yang lucu-lucu terlihat bahagia dengan orang tuanya, dan saya juga menangis ketika melihat ada bayi-bayi yang amat sangat jarang diberi sentuhan fisik semisal belaian dan pelukan, itu bayi akan berubah menjadi kasar dan keras, yang lebih parah ada bayi-bayi yang disiksa oleh orang tua atau pengasuhnya, dari tahap biasa sampai pada tahap yang biadab. Saya sampai berdoa “Tuhan biarlah mereka meninggal” Mungkin kalian menganggap saya jahat, tidak berprikemanusiaan, mungkin saya sama biadabnya dengan mereka....ya mungkin juga sih. Saya berpikir, lebih baik bayi-bayi itu kembali pulang kepangkuan Bapa di surga, disana lebih nyaman dari pada harus lahir kedunia yang sudah rusak ini dan disiksa dengan biadab sejak dari bayi. Siapa juga yang ingin dilahirkan kedunia ini? Saya secara jujur katakan, kalau boleh memilih, saya juga tidak mau dilahirkan kedunia ini. Saya tidak meminta dilahirkan. Tapi kita semua – bayi2 tersebut tidak berdaya, dan hanya pasrah ketika dikirim ke dunia ini. Saya berdoa “Tuhan biarlah mereka meninggal” karena saya sangat tidak tahan menonton penderitaan mereka yang tidak berdosa, lemah, dan tidak berdaya. Masih kecil disiksa, dipukul. Mereka hanya bisa menangis dan tidak bisa membela diri.  Jiwa mereka akan rusak, kepahitan terjadi, orang tua menginstal suatu program penghancur dalam jiwa anak yang tidak berdosa itu, ketika jiwa mereka rusak apa yang bisa terjadi? Hal mengerikan yang bisa terjadi, bayi yang lucu bisa berubah menjadi buas, bayi yang tidak bersalah dan tidak berdosa bisa berubah menjadi pendosa besar, akhirnya apa? Neraka lah yang menjadi bagian mereka saya tidak tahan membayangkan itu semua, makanya saya berpikiran kejam seperti itu.
            Anak bayi / anak kecil bisa dituntun oleh orang tuanya kesurga, tapi mereka pun bisa dituntun orang tua nya ke neraka tanpa mereka sadari ( mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ). Anak kecil hanya menurut saja, digiring kemanapun orang tua nya mau. Jangan bilang “kalau sudah besar mereka akan bisa menentukan sendiri”, saya katakan “omong kosong” kenapa saya katakan seperti itu? Ya mungkin bagi beberapa orang bisa terjadi, tapi itu perbandingan berapa banding berapa? 1:2 kah? Atau kemungkinan-nya 1:100 atau 1:10.000? Begini...jangankan orang yang tidak mengenal Tuhan / orang yang jiwanya sudah rusak dari bayi, lah kita sendiri gmn?? Apakah kita gampang dibentuk? Ketika kita ditegur apa respon kita? Marahkah atau menerima dengan kerendahan hati? Lebih lanjut lagi, jangankan kita, pelayan-pelayan Tuhan sekaliber dunia pun bisa jatuh, mereka yang hubungan dengan Tuhan lebih intim dan lebih banyak dari kita pun jatuh, lah kita gmn? Ok lebih jauh lagi, jangankan pelayan-pelayan Tuhan, tokoh-tokoh Alkitab yang hebat pun bisa jatuh, Salomo kurang hebat apalagi dia? Tapi dia jatuh kedalam penyembahan berhala, dimana hikmatnya yang luar biasa ketika itu? Lagi jalan-jalan ke luar negeri barangkali hikmat Salomonya. Adam jatuh, segitu dia bergaul benar-benar face to face dengan Allah, dan tokoh-tokoh lainnya. Lihat itu, dari paling atas, tokoh-tokoh hebat Alkitab jatuh. Pelayan-pelayan Tuhan kelas dunia jatuh. Kita apalagi. Dan juga apalagi yang dari awal tidak mengenal Kristus. Paling parah lagi, gimana dengan orang yang jiwanya sudah rusak dari bayi??? Apakah gampang bagi mereka? Kita yang sehari-hari doa, baca Alkitab pun susah sekali, kita harus berjuang mempertahankan keselamatan kita sedangkan iblis dengan santainya “hanya mempertontonkan dosa” siapa tau kita melirik dan tergoda. Strategi iblis yang jitu dan tidak perlu mengeluarkan tenaga banyak. ( Ingat kisah Bileam, dia tidak berhasil mengutuk bangsa Israel, tapi dia dengan cerdiknya memamerkan perempuan-perempuan Moab untuk menggoda bani Israel, dan sudah bisa ditebak hasilnya...mana tahan brooo...??) Sangat efektif strategi iblis itu.
            Sedih hati saya membayangkan hal itu semua, nangis saya merenungkan hal ini. Jiwa sia-sia tergiring ke neraka, bahkan dari bayi yang tidak berdosa, mereka seperti anak lembu digiring kepembantaian tanpa mereka tahu apa-apa karena sudah dibentuk oleh orang tuanya, karena sudah digiring oleh orang tuanya dari kecil. Saya lihat anak-anak kecil diberi pakaian teroris dan senjata buat perang, di suruh teriak “bunuh-bunuh” Ya namanya anak kecil mah nurut-nurut aja, apa yang mereka lihat kesenangan bagi orang tuanya ya mereka anggap itu baik. Apa yang salah dengan itu semua bagi anak-anak? Bagi anak-anak ya itu semua tidak ada yang salah, tidak masalah, mereka melihat orang tua mereka tertawa, tersenyum, ya mereka pikir itu baik, teriak “bunuh” itu baik. Dan hilanglah mereka ke neraka karena ketidaktahuan mereka digiring oleh orang tuanya masing-masing.
            Mungkin ini sebabnya Tuhan memberi saya bayi, agar bisa merenungkan ini semua, saya menggendong anak saya dengan perasaan sedih, anak saya mungkin beruntung bersama dengan saya, tapi saya membayangkan anak-anak lain yang tidak seberuntung anak saya, bayi-bayi yang terlantar, bahkan disiksa secara biadab oleh orang tuanya. Saya merenungkan, banyak orang tua – orang tua yang baik hati dan mendambakan anak tapi selama bertahun-tahun tidak juga dikasih anak, tapi saya juga melihat orang-orang dipinggir jalan anaknya sampai 3-4, saya merenungkan seandainya itu anak dilahrikan dari orang tua yang baik-baik....tapi itu anak-anak jalanan, apa yang dituliskan oleh orang tuanya / lingkungannya pada jiwa mereka? Mengemis, me-ngelem, banyak dijual dan diperkosa dari sejak kecil, rusaklah jiwa mereka, dan setelah itu apa? Neraka?
            Sekarang saya paham doa Tuhan Yesus ketika disalib “Bapa AMPUNILAH mereka” dulu saya berpikir buat apa mereka diampuni, mereka toh tahu betul apa yang mereka kerjakan, secara daging ya mereka tahu, tapi secara roh mereka tidak tahu karena jiwa mereka sudah rusak dan tercemar akibat doktrin-doktrin orang tua mereka yang salah. Orang-orang Yahudi sudah terdoktrin tentang taurat, makanya mereka tidak bisa menerima ajaran cinta kasih. Sekarang saya belajar mencintai dan mengasihi jiwa-jiwa, memang tidak mudah, bohong lah kalau dibilang gampang mah, setelah saya merenung seperti ini pun ketika saya membaca berita tentang politik atau apapun, dalam hati juga saya masih berpikir “tau rasa nanti kamu dineraka, jahat banget kamu jadi orang”
            Kita belajar mengasihi jiwa-jiwa, memandang orang yang jahat dari sudut pandang yang berbeda, karena MEREKA TIDAK TAHU APA YANG MEREKA PERBUAT, kasihan mereka, kita tidak tahu kalau mungkin dari kecil mereka sudah rusak jiwanya, karena mereka pun dulu sama seperti kita, sama seperti anak saya yang saya gendong dan saya kasihi, tidak bernoda, tidak bercela, mereka sama, tapi mereka digiring oleh orang tua mereka, ditulis oleh orang tua mereka, diinstall oleh orang tua mereka dengan sesuatu yang salah, pasti juga orang tua mereka juga disesatkan oleh orang tuanya, dan begitu seterusnya sampai ke atas.
            Saya menangis, memohon, berharap...Tuhan kalau bisa udahlah anak-anak bayi yang lucu yang telah berubah jadi jahat itu tidak usah masuk neraka, kasian banget mereka, mereka ga bisa milih orang tua yang baik, orang tua yang bisa menghiasi kehidupan mereka dengan keindahan, menulis yang baik di jiwa mereka. Lain halnya kalau itu anak-anak bisa memilihi dan bisa membela diri, tapi kan ngga! Tuhan...ilang masih mending dah dari pada dibuang-buang ke neraka, jadi jiwanya ga ada lagi, ilang. Seandainya begitu Tuhan..
            Saya juga teringat ketika membaca kisah bangsa Israel yang dipimpin Musa keluar dari Mesir ke tanah perjanjian, sepanjang perjalanan mereka setiap hari melihat kuasa dan keajaiban yang Tuhan tunjukan, tapi apa yang terjadi, mereka tetap tegar tengkuk, pernah ada kejadian beberapa dihukum Tuhan, saya pikir mereka akan bertobat, tapi nyatanya tidak tuh...mereka tetap berbuat dosa, padahal baru kemaren mereka menyaksikan rekan mereka dihukum Tuhan langsung didepan mata mereka. Waktu itu saya berpikir “betapa bodohnya mereka”, tapi pandangan itu berubah ketika saya mendengar seorang pendeta yang membahas betapa menderitanya bangsa Israel ketika diperbudak bangsa Mesir, mereka ditelanjangi dalam kesehariannya, anak-anak melihat orang tua, rekan-rekan mereka, bahkan mereka sendiri juga ditelanjangi, benar-benar dipermalukan sehingga harga diri mereka sudah tidak ada lagi, hancur. Dan saat itu juga saya langsung menyadari betapa rusaknya jiwa mereka, pikiran bahwa mereka budak yang tidak berdaya, yang tidak ada apa-apanya, yang hina, belum lagi penyembahan berhala-berhala sudah pasti benar-benar merasuk ke dalam darah dan jiwa mereka, rusak jiwa mereka. Dan sekarang saya baru paham kenapa mereka begitu “bodoh”. Sudah jelas-jelas Tuhan Allah lah pencipta yang sesungguhnya, sudah membuktikan kuasanya setiap hari, tapi tetap mereka melakukan penyembahan berhala. Yaahhh...ga bisa berkata apa-apa saya...selain bengong dan merenungkan bagaimana nasib mereka, apakah mereka di neraka sekarang? Karena dari kecil, dari bayi lugu dan polos mereka sudah dirusak jiwanya. Mereka tidak masuk tanah Kanaan karena binasa dipadang pasir... Saya merenung dan berdoa..Ya Tuhan mereka ga masuk tanah Kanaan ya sudah lah...tapi apa mereka masuk neraka juga? Dari kecil mereka ditulis jiwanya yg putih murni itu oleh tangan-tangan bangsa Mesir. Di install dengan dewa-dewa Mesir.
            Nah..kalau semisal dari kecil sudah dapat pendidikan yang sehat secara jasmani dan rohani, kalau semisal mempunyai orang tua yang baik dan cinta Tuhan tappiiii...ketika sudah besar dan sudah bisa berpikir sendiri, dan jiwa mereka pun secara sehat dan sadar tetap menolak Tuhan...yaaa sudahlah, mungkin neraka lah bagian mereka, itu merupakan pilihan mereka sendiri. Seperti contoh orang yang akan hidup 1000thn setelah 7thn penyiksaan berat, mereka hidup tanpa ada iblis, dan dipimpin langsung oleh Tuhan, tapi toh ternyata mereka ada saja yang menentang Tuhan, dan akibatnya mereka dibinasakan. Itu saya masih ok, tapi begitu saya membayangkan apa yang saya tulis tadi diatas, sepertinya saya tidak rela, tidak adil. Rasanya saya ingin berjuang menyelamatkan mereka, kalau bisa saya ingin menyelamatkan mereka dari bayi, ingin sekali saya mempunyai panti asuhan terbesar didunia. Tuhan tolong...selamatkan mereka, selamatkan kami semua.