Selasa, 06 November 2018

Mereka Tidak Tahu Apa Yang Mereka Lakukan



            Dulu saya kurang paham mendengar perkataan Yesus seperti judul diatas, saya tahunya : orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus itu tahu banget apa yang mereka lakukan, mereka melakukan apa yang mereka percayai, tidak pernah ada satu orang pun yang berani menyatakan bahwa aku adalah anak Allah, itu akan bisa berakibat fatal. Makanya ketika Yesus nekat menyatakan demikian, maka sudah bisa dipastikan hukuman matilah konsekuensinya. “Simple” Ngaku-ngaku dia Tuhan = mati. Kemudian ada pendapat kalau mereka tidak tahu karena hati mereka tertutup, telinga mereka tertutup, mereka bebal dan tegar tengkuk sehingga sulit menerima sesuatu hal yang baru. Ya saya setuju banget itu, nah hari ini Roh Kudus mengajarkan sesuatu lagi yang lebih dalam kenapa telinga dan hati mereka tertutup, tidak mau menerima sesuatu yang baru.
            Hal ini saya dapat ketika saya merenung tentang bayi yang baru lahir (karena saya baru mempunyai dede bayi). Saya lihat anak saya..so adorable, so cute, so pure and INNOCENT. Ya...bayi tidak bersalah dan tidak berdaya. Lalu kenapa bisa bayi2 yang tidak bersalah dan tidak berdaya itu bisa menjadi seorang pembunuh beradarah dingin? Seorang psikopat? Extreemist? Seorang yang cacat jiwanya? Sakit mentalnya? Padahal semua bayi dilahirkan dengan jiwa dan mental yang sehat. Benar-benar polos, lucu dan lugu. Ya pasti kalian sudah menebak kemana arahnya. Orang tua! Bayi itu seperti kertas putih yang halus dan bersih, dia tidak bisa menulis atau menggambar sendiri kertas yang nota bene itu milik dia sendiri, tidak bisa! Atau seperti komputer/robot yang tidak bisa menginstall dirinya sendiri dengan suatu program-program ilahi, tidak bisa! DIA HANYA BISA PASRAH! Dia tidak berdaya apa-apa. Orang tua lah yang menuliskan sesuatu, menggambarkan sesuatu, mengisntal programnya. Apa yang mereka tulis disitu?? Kebaikan kah? Kekejaman kah? Istall program yang bermanfaat atau program penghancur?
            Jika orang tua menuliskan sesuatu yang baik, si bayi hanya bisa diam. Jika orang tua menulis suatu kepahitan, si bayi hanya bisa diam. Jika orang tua menggambar pelangi yang indah, si bayi hanya bisa pasrah. Jika orang tua menggambar badai yang hitam, si bayi hanya bisa pasrah. Program apa yang kalian masukan? Akan menjadi seperti itulah bayi-bayi tersebut. Saya menonton klip-klip tentang bayi-bayi yang lucu-lucu terlihat bahagia dengan orang tuanya, dan saya juga menangis ketika melihat ada bayi-bayi yang amat sangat jarang diberi sentuhan fisik semisal belaian dan pelukan, itu bayi akan berubah menjadi kasar dan keras, yang lebih parah ada bayi-bayi yang disiksa oleh orang tua atau pengasuhnya, dari tahap biasa sampai pada tahap yang biadab. Saya sampai berdoa “Tuhan biarlah mereka meninggal” Mungkin kalian menganggap saya jahat, tidak berprikemanusiaan, mungkin saya sama biadabnya dengan mereka....ya mungkin juga sih. Saya berpikir, lebih baik bayi-bayi itu kembali pulang kepangkuan Bapa di surga, disana lebih nyaman dari pada harus lahir kedunia yang sudah rusak ini dan disiksa dengan biadab sejak dari bayi. Siapa juga yang ingin dilahirkan kedunia ini? Saya secara jujur katakan, kalau boleh memilih, saya juga tidak mau dilahirkan kedunia ini. Saya tidak meminta dilahirkan. Tapi kita semua – bayi2 tersebut tidak berdaya, dan hanya pasrah ketika dikirim ke dunia ini. Saya berdoa “Tuhan biarlah mereka meninggal” karena saya sangat tidak tahan menonton penderitaan mereka yang tidak berdosa, lemah, dan tidak berdaya. Masih kecil disiksa, dipukul. Mereka hanya bisa menangis dan tidak bisa membela diri.  Jiwa mereka akan rusak, kepahitan terjadi, orang tua menginstal suatu program penghancur dalam jiwa anak yang tidak berdosa itu, ketika jiwa mereka rusak apa yang bisa terjadi? Hal mengerikan yang bisa terjadi, bayi yang lucu bisa berubah menjadi buas, bayi yang tidak bersalah dan tidak berdosa bisa berubah menjadi pendosa besar, akhirnya apa? Neraka lah yang menjadi bagian mereka saya tidak tahan membayangkan itu semua, makanya saya berpikiran kejam seperti itu.
            Anak bayi / anak kecil bisa dituntun oleh orang tuanya kesurga, tapi mereka pun bisa dituntun orang tua nya ke neraka tanpa mereka sadari ( mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ). Anak kecil hanya menurut saja, digiring kemanapun orang tua nya mau. Jangan bilang “kalau sudah besar mereka akan bisa menentukan sendiri”, saya katakan “omong kosong” kenapa saya katakan seperti itu? Ya mungkin bagi beberapa orang bisa terjadi, tapi itu perbandingan berapa banding berapa? 1:2 kah? Atau kemungkinan-nya 1:100 atau 1:10.000? Begini...jangankan orang yang tidak mengenal Tuhan / orang yang jiwanya sudah rusak dari bayi, lah kita sendiri gmn?? Apakah kita gampang dibentuk? Ketika kita ditegur apa respon kita? Marahkah atau menerima dengan kerendahan hati? Lebih lanjut lagi, jangankan kita, pelayan-pelayan Tuhan sekaliber dunia pun bisa jatuh, mereka yang hubungan dengan Tuhan lebih intim dan lebih banyak dari kita pun jatuh, lah kita gmn? Ok lebih jauh lagi, jangankan pelayan-pelayan Tuhan, tokoh-tokoh Alkitab yang hebat pun bisa jatuh, Salomo kurang hebat apalagi dia? Tapi dia jatuh kedalam penyembahan berhala, dimana hikmatnya yang luar biasa ketika itu? Lagi jalan-jalan ke luar negeri barangkali hikmat Salomonya. Adam jatuh, segitu dia bergaul benar-benar face to face dengan Allah, dan tokoh-tokoh lainnya. Lihat itu, dari paling atas, tokoh-tokoh hebat Alkitab jatuh. Pelayan-pelayan Tuhan kelas dunia jatuh. Kita apalagi. Dan juga apalagi yang dari awal tidak mengenal Kristus. Paling parah lagi, gimana dengan orang yang jiwanya sudah rusak dari bayi??? Apakah gampang bagi mereka? Kita yang sehari-hari doa, baca Alkitab pun susah sekali, kita harus berjuang mempertahankan keselamatan kita sedangkan iblis dengan santainya “hanya mempertontonkan dosa” siapa tau kita melirik dan tergoda. Strategi iblis yang jitu dan tidak perlu mengeluarkan tenaga banyak. ( Ingat kisah Bileam, dia tidak berhasil mengutuk bangsa Israel, tapi dia dengan cerdiknya memamerkan perempuan-perempuan Moab untuk menggoda bani Israel, dan sudah bisa ditebak hasilnya...mana tahan brooo...??) Sangat efektif strategi iblis itu.
            Sedih hati saya membayangkan hal itu semua, nangis saya merenungkan hal ini. Jiwa sia-sia tergiring ke neraka, bahkan dari bayi yang tidak berdosa, mereka seperti anak lembu digiring kepembantaian tanpa mereka tahu apa-apa karena sudah dibentuk oleh orang tuanya, karena sudah digiring oleh orang tuanya dari kecil. Saya lihat anak-anak kecil diberi pakaian teroris dan senjata buat perang, di suruh teriak “bunuh-bunuh” Ya namanya anak kecil mah nurut-nurut aja, apa yang mereka lihat kesenangan bagi orang tuanya ya mereka anggap itu baik. Apa yang salah dengan itu semua bagi anak-anak? Bagi anak-anak ya itu semua tidak ada yang salah, tidak masalah, mereka melihat orang tua mereka tertawa, tersenyum, ya mereka pikir itu baik, teriak “bunuh” itu baik. Dan hilanglah mereka ke neraka karena ketidaktahuan mereka digiring oleh orang tuanya masing-masing.
            Mungkin ini sebabnya Tuhan memberi saya bayi, agar bisa merenungkan ini semua, saya menggendong anak saya dengan perasaan sedih, anak saya mungkin beruntung bersama dengan saya, tapi saya membayangkan anak-anak lain yang tidak seberuntung anak saya, bayi-bayi yang terlantar, bahkan disiksa secara biadab oleh orang tuanya. Saya merenungkan, banyak orang tua – orang tua yang baik hati dan mendambakan anak tapi selama bertahun-tahun tidak juga dikasih anak, tapi saya juga melihat orang-orang dipinggir jalan anaknya sampai 3-4, saya merenungkan seandainya itu anak dilahrikan dari orang tua yang baik-baik....tapi itu anak-anak jalanan, apa yang dituliskan oleh orang tuanya / lingkungannya pada jiwa mereka? Mengemis, me-ngelem, banyak dijual dan diperkosa dari sejak kecil, rusaklah jiwa mereka, dan setelah itu apa? Neraka?
            Sekarang saya paham doa Tuhan Yesus ketika disalib “Bapa AMPUNILAH mereka” dulu saya berpikir buat apa mereka diampuni, mereka toh tahu betul apa yang mereka kerjakan, secara daging ya mereka tahu, tapi secara roh mereka tidak tahu karena jiwa mereka sudah rusak dan tercemar akibat doktrin-doktrin orang tua mereka yang salah. Orang-orang Yahudi sudah terdoktrin tentang taurat, makanya mereka tidak bisa menerima ajaran cinta kasih. Sekarang saya belajar mencintai dan mengasihi jiwa-jiwa, memang tidak mudah, bohong lah kalau dibilang gampang mah, setelah saya merenung seperti ini pun ketika saya membaca berita tentang politik atau apapun, dalam hati juga saya masih berpikir “tau rasa nanti kamu dineraka, jahat banget kamu jadi orang”
            Kita belajar mengasihi jiwa-jiwa, memandang orang yang jahat dari sudut pandang yang berbeda, karena MEREKA TIDAK TAHU APA YANG MEREKA PERBUAT, kasihan mereka, kita tidak tahu kalau mungkin dari kecil mereka sudah rusak jiwanya, karena mereka pun dulu sama seperti kita, sama seperti anak saya yang saya gendong dan saya kasihi, tidak bernoda, tidak bercela, mereka sama, tapi mereka digiring oleh orang tua mereka, ditulis oleh orang tua mereka, diinstall oleh orang tua mereka dengan sesuatu yang salah, pasti juga orang tua mereka juga disesatkan oleh orang tuanya, dan begitu seterusnya sampai ke atas.
            Saya menangis, memohon, berharap...Tuhan kalau bisa udahlah anak-anak bayi yang lucu yang telah berubah jadi jahat itu tidak usah masuk neraka, kasian banget mereka, mereka ga bisa milih orang tua yang baik, orang tua yang bisa menghiasi kehidupan mereka dengan keindahan, menulis yang baik di jiwa mereka. Lain halnya kalau itu anak-anak bisa memilihi dan bisa membela diri, tapi kan ngga! Tuhan...ilang masih mending dah dari pada dibuang-buang ke neraka, jadi jiwanya ga ada lagi, ilang. Seandainya begitu Tuhan..
            Saya juga teringat ketika membaca kisah bangsa Israel yang dipimpin Musa keluar dari Mesir ke tanah perjanjian, sepanjang perjalanan mereka setiap hari melihat kuasa dan keajaiban yang Tuhan tunjukan, tapi apa yang terjadi, mereka tetap tegar tengkuk, pernah ada kejadian beberapa dihukum Tuhan, saya pikir mereka akan bertobat, tapi nyatanya tidak tuh...mereka tetap berbuat dosa, padahal baru kemaren mereka menyaksikan rekan mereka dihukum Tuhan langsung didepan mata mereka. Waktu itu saya berpikir “betapa bodohnya mereka”, tapi pandangan itu berubah ketika saya mendengar seorang pendeta yang membahas betapa menderitanya bangsa Israel ketika diperbudak bangsa Mesir, mereka ditelanjangi dalam kesehariannya, anak-anak melihat orang tua, rekan-rekan mereka, bahkan mereka sendiri juga ditelanjangi, benar-benar dipermalukan sehingga harga diri mereka sudah tidak ada lagi, hancur. Dan saat itu juga saya langsung menyadari betapa rusaknya jiwa mereka, pikiran bahwa mereka budak yang tidak berdaya, yang tidak ada apa-apanya, yang hina, belum lagi penyembahan berhala-berhala sudah pasti benar-benar merasuk ke dalam darah dan jiwa mereka, rusak jiwa mereka. Dan sekarang saya baru paham kenapa mereka begitu “bodoh”. Sudah jelas-jelas Tuhan Allah lah pencipta yang sesungguhnya, sudah membuktikan kuasanya setiap hari, tapi tetap mereka melakukan penyembahan berhala. Yaahhh...ga bisa berkata apa-apa saya...selain bengong dan merenungkan bagaimana nasib mereka, apakah mereka di neraka sekarang? Karena dari kecil, dari bayi lugu dan polos mereka sudah dirusak jiwanya. Mereka tidak masuk tanah Kanaan karena binasa dipadang pasir... Saya merenung dan berdoa..Ya Tuhan mereka ga masuk tanah Kanaan ya sudah lah...tapi apa mereka masuk neraka juga? Dari kecil mereka ditulis jiwanya yg putih murni itu oleh tangan-tangan bangsa Mesir. Di install dengan dewa-dewa Mesir.
            Nah..kalau semisal dari kecil sudah dapat pendidikan yang sehat secara jasmani dan rohani, kalau semisal mempunyai orang tua yang baik dan cinta Tuhan tappiiii...ketika sudah besar dan sudah bisa berpikir sendiri, dan jiwa mereka pun secara sehat dan sadar tetap menolak Tuhan...yaaa sudahlah, mungkin neraka lah bagian mereka, itu merupakan pilihan mereka sendiri. Seperti contoh orang yang akan hidup 1000thn setelah 7thn penyiksaan berat, mereka hidup tanpa ada iblis, dan dipimpin langsung oleh Tuhan, tapi toh ternyata mereka ada saja yang menentang Tuhan, dan akibatnya mereka dibinasakan. Itu saya masih ok, tapi begitu saya membayangkan apa yang saya tulis tadi diatas, sepertinya saya tidak rela, tidak adil. Rasanya saya ingin berjuang menyelamatkan mereka, kalau bisa saya ingin menyelamatkan mereka dari bayi, ingin sekali saya mempunyai panti asuhan terbesar didunia. Tuhan tolong...selamatkan mereka, selamatkan kami semua.

Selasa, 21 November 2017

Something should never change



Di Jaman ini kecanggihan teknologi semakin meningkat pesat, klo kt ga up to date maka kt akan ketinggalan jaman dan dibilang kudet. Maka jangan heran kalau digereja banyak peralatan2 canggih, dan hamba2 Tuhan pun memakai gadget yg canggih utk mendukung pelayanan mereka, tidak ada yg salah dgn itu semua. Pendidikan pun semakin canggih, dulu ga ada guru yg bawa laptop ke kelas, awal saya melihat yg seperti itu saya cm bs bengong, tp pd akhirnya saya pun memakainya dikelas, itu pun tdk masalah. Kelas2 semakin canggih, ada proyektor, AC, dsb utk keperluan dan kenyamanan murid, yaa..ok jg.  Ada yg share foto guru-murid jaman dulu : guru menerangkan di depan dan murid2nya duduk mendengarkan, lalu disebelahnya foto jaman now dgn posisi yg persis sama, banyak yg berpendapat seharusnya itu semua sudah berubah mengikuti perkembangan jaman, skrg ada beberapa sekolah sudah tidak menerapkan sistem seperti itu lg, tp mengajar sesuai dgn minat, bakat, dan kecerdasan murid. Good, saya setuju2 aja dgn itu semua, sistem pendidikan yg baru yg mengikuti perkembangan jaman dan teknologi, karena murid2 skrg lbh mahir menggunakan gadget dr pd ortu bahkan gurunya sendiri, maka kt sebagai ortu/guru jgn sampai kt kalah dan dibodohi mereka.
Jd kalau semua itu fine2 aja, sah2 aja, jd apa yg salah? Apa yg seharusnya tdk pernah berubah? Saudara/i yg pernah membaca tulisan saya ttg kesalahan2 ortu2 dlm Alkitab akan tahu jawabannya, yes The answer is : mental & character, kedisiplinan dan sopan santun itu yg sudah memudar dan hampir hilang di negeri ini karena adanya undang2 perlindungan anak (jgn salah mengerti, saya setuju dgn itu, tp itu dijadikan “senjata” bagi ortu & murid2 untuk menghindari didikan dari sekolah). Banyaknya ortu2 yg tidak mengerti ttg pentingnya arti kedisiplinan diri karena ortu2 tersebut pada waktu jaman sekolahnya ada kepahitan tersendiri terhadap guru/bahkan ortu mereka sendiri yg mendidik mereka dgn keras, sehingga skrg mereka menolak pendidikan tersebut sehingga jangan sampai anak2 mereka jd “korban” pendidikan sekolah jaman dl, tp mereka lupa kalau mereka itu skrg sukses dan mampu membiayai anak2 mereka itu karena hasil didikan karakter, mental, dan disiplin yg keras yg menjadikan mereka kuat dan tangguh dlm menghadapi berbagai macam persoalan hidup. Tp para ortu jaman now seolah2 tdk mau tahu (pokonya anak gw ga boleh susah, anak gw ga boleh lu sentuh apapun yg terjadi, udah biaya mahal ngelahirin anak malah dihajar, bla..bla..bla..) makanya jgn heran kalau anak jaman sekarang bs berlaku seenaknya di dalam kehidupan sehari2nya, dgn ortu aja berani kurang ajar apalagi kepada guru.
Saya cukup kaget karena anak2 jaman sekarang bebas bawa HP kesekolah (meskipun memang dikumpulkan) tp saat sebelum / sesudah pelajaran mereka bebas bermain game disekolah. Dikelas mereka berani tidur saat guru menerangkan pelajaran, berbicara kasar meskipun ada guru, terang2an menantang guru, terang2an ngomongin guru, membully guru, dsb, dsb, & dsb…
Sungguh sangat mengerikan anak2 jaman sekarang, mau jadi apa mereka jika kelakuan mereka seperti itu, jaman dl klo ada murid yg bodoh mungkin ada guru yg bertanya seperti itu jg “mau jadi apa anak ini kedepannya” tapi pertanyaan ini gugur karena mental & karakter yg bagus dr anak2 jaman dl yg mengatasi kebodohannya dgn cara berjuang dgn keras, karena kt tahu kepintaran bukanlah segala2nya, percuma pintar kalau tdk ada yg mau berteman dgn dia. Percuma pintar kalau korupsi, akhirnya hanya menjadi sampah masyarakat saja meskipun pintar. Nah ini anak jaman skrg karakternya kacau gini, mau jadi apa besarnya? Kalaupun pintar tapi ngawur jg sama aja boong.
Ok skrg saya akan mencoba membahas dari sudut pandang Alkitab
Dalam Alkitab, Tuhan Allah itu sangat kreatif dlm membuat mujizatNya, Dia selalu memakai metode yg berbeda2, salut dgn Raja Daud ketika dia mau berperang dia tanya Tuhan dl, ketika Tuhan suruh kejar dan perang, tp perang selanjutnya Daud msh jg nanya Tuhan, padahal perang sebelumnya sudah menang dgn cara yg frontal, klo saya jd Daud mungkin saya udah lgs hajar lg aja karena tahu Tuhan dipihak saya dan saya udah menang tadi, ya…makanya saya ga dijadikan Daud sama Tuhan, Daud bertanya dan termyata jawaban Tuhan berbeda dgn bayangan kita, Dia memyuruh Daud berputar dan menunggu tanda ( untungkan ga lgs maem hajar ).
Yesus pun dalam menyembuhkan org sakit metodenya berbeda2, karena Dia Allah yg kreatif. Pada suatu ketika ada org yg membawa org sakit, dan org2 tsb meminta pada Yesus untuk menumpangkan tangannya pada org sakit tsb supaya sembuh, tp Yesus menarik org sakit tsb menjauhi mereka. (Seorang hamba Tuhan menyampaikan pemikirannya seperti ini : Yesus menjauhi mereka karena mereka mengatur2 Tuhan utk menumpangkan tanganNya, padahal Yesus punya cara tersendiri untuk memyembuhkan org buta tersebut)
Disebutkan jg dlm Alkitab bahwa pengetahuan itu terus bertambah.
Jd metode2 dlm pendidikan, kecanggihan teknologi memang akan terus berkembang karena Allah kita adalah Allah yg kreatif, dan bagi saya tdk masalah teknik2 mengajar tdk harus guru didepan mengajar dgn murid2 duduk mendengarkan.
Tapi ada 1 hal yg tidak pernah berubah dr jaman perjanjian lama sampai ke  jaman Tuhan Yesus dan sampai skrg. Yaa…diawal sudah disebutkan tadi, kedisiplinan, ketaatan terhadap Tuhan yang menumbukan karakter & mental yang baik itu seharusnya tidak pernah berubah, didikan dan hajaran Tuhan itu yg menghasilkan org2 besar seperti Abraham, Yakub, Yusuf, dan Daud. Mereka harus mengalami padang gurun dl utk menjadiborg besar, prosesnya tdk mudah tp berhasil.
Yesus mendidik murid2nya dgn keras, dan Dia pun memberi teladan pada murid2Nya, Dia mendisiplinkan diriNya sendiri dgn banyak berdoa sblm matahari terbit. Dgn keras Dia menghardik org2 farisi. Dan sampai sekarangpun Tuhan masih mendisiplinkan kita dengan caraNya sendiri, kalau kita tidak terima maka kita akan terhempas gelombangNya, pilihan kita apakah kt mau menari diatas gelombang atau tenggelam dan terhempas didaratan kering.
Kalau ortu2 jaman skrg tdk mau mendidik dan mendisiplinkan anak nya dr awal, jgn harap anak2 mereka bs berselancar dalam ombak, karena tidak pernah diajarkan caranya menghadapi gelombang. Dan kalau dengan cara halus tidak bs didisiplinkan oleh Tuhan, jgn sampai Tuhan seret kita karena kasihNya pada kita sehingga Dia terpaksa seret kita utk menyelamatkan kt semua.

Nah skrg apa sih kelemahan pendidikan yg menerapkan kedisiplinan yg tinggi? Ya td udah disebutkan kalau banyak anak yg sakit hati dan kepahitan terhadap guru dan bahkan ortu sendiri, meskipun pendidikan tersebut berhasil menjadikan anak sukses tapi banyak luka jg yg didapat si anak, jd gmn? Ya rekonsiliasi lah, terutama ortu dengan anak, karena kalau hubungan dengan Tuhan dan ortu beres, pasti hubungan dengan sesama pun tidak akan ada masalah, saya dan teman2 seangkatan saya sempat mengalami hajaran guru dengan fisik, apakah saya dan teman2 seangkatan saya sakit hati dgn guru tersebut? Ngga tuh…karena hubungan dengan Tuhan dan ortu tidak ada masalah. Ini yg hilang pada jaman dulu, mental dan daya tahan menghadapi tekanan sih ok2 aja, jd org sukses skrg, tp hubungan dengan Tuhan dan ortu yg tdk baik itu lah yg mengacaukan semuanya, akibatnya mereka memanjakan anak karena mereka tidak mau mengalami kesakitan seperti mereka jaman dl.
Jd sebetulnya intinya itu adalah hubungan, perbaiki hubungan dgn Tuhan, perbaiki hubungan dengan keluarga, maka tdk akan ada sakit hati lg diantara keluarga dengan pendidikan yg disiplin sekalipun. Karena kebanyakan ank bermasalah yg saya temui itu berasal dr keluarga yg bermasalah, klo dilihat secara ekonomi sih mereka tidak kekurangan, bahkan banyak jg yg berkelimpahan, tp pribadi yg dihasilkan sangat mengerikan, karena setelah diselidiki intinya bukanlah ekonomi yg membuat kebahagiaan, tp relasi antar keluarga, bnyk ank yg membenci ortunya sendiri, membenci saudara2 sekandungnya, sudah jelas jika hubungan yg hrs nya paling dekat aja ga beres, gmn dgn relasi di luar keluarga? Dgn teman? Dgn guru? Pastilah berantakan jg, yg bs dekat dgn anak seperti ini ya yg sama2 nakal jg, 1 visi & misi, membully bnyk org, bahkan kalo perlu pun guru di bully sama mereka2 ini. Jadi kalau mereka merasa diterima oleh kelompoknya, itu hanyalah kebahagiaan semu, relasi palsu.
Ayo sadar saudara/i bangun hubungan dgn Tuhan, perbaiki relasi, kemudian rekonsiliasi dgn keluarga, perbaiki pendidikan karakter, back to Bible,  jgn biarkan hal2 seperti ini terulang di angkatan selanjutnya

Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 30 Agustus 2017

Tukang Pos





          Di kantor saya bekerja sekarang ada rutin persekutuan doa seminggu sekali pada waktu jam istirahat, jadi yang muslim diberi kesempatan untuk beribadah maka yang Kristen pun memanfaatkan waktu luang tersebut untuk berfellowship, suatu ketika sehari sebelum persekutuan saya diminta untuk sharing Firman Tuhan, saya menyanggupinya dan seharian saya berpikir dan merenung “Tuhan, bahan apa yang harus saya bawakan besok” bahkan sampai terbawa mimpi itu bahan sharing buat besok. Singkat cerita saya sampaikan apa yang saya dapat kemarin malam (yang sampai terbawa mimpi itu), saya menceritakan tentang akhir jaman. Setelah saya selesai sharing, ini yang menarik makanya kenapa saya membuat tulisan ini. Ada dua orang teman saya mengkritik habis sharing saya.
            Yang pertama teman saya mengkritik bahwa keputusan ikut Yesus adalah keputusan masing-masing orang, ngapain kita ngurusin / nolong orang-orang yang tidak mau ikut Tuhan Yesus, biarlah mereka binasa dengan keputusan mereka masing-masing, kita cukup selamatkan diri kita saja masing-masing, contoh: Ketika kita dan keluarga kita mau tenggelam, mana yang kita selamatkan duluan? Ya nolong diri kita dulu, baru nolong keluarga kita. Begitu juga kehidupan sehari-hari, apakah kita udah bener jadi orang sampai harus ngurusin / nolong kepentingan orang lain? Urus / nolong diri kita dulu aja lah, kalo udah bener baru boleh ngurusin / nolong kehidupan rohani orang lain.
            Yang kedua pun sama, malah lebih pedas “Saya tuh ya paling sebel dengan orang-orang yang kaya gini, hidup aja belum bener udah mau sharing-sharing akhir jaman lah, apalah…” bla..bla..bla.. pokonya panjang dan mengkritik.
            Singkat cerita ketika doa nya berakhir, teman saya yang coordinator persekutuan itu bercerita bahwa sebenarnya dia ingin menyampaikan sesuatu di persekutuan kali ini, dan dia ingin menyampaikan pesan tentang akhir jaman juga, tapi dia merasa sedikit minder “karena ya siapa saya berani-beraninya menyampaikan akhir jaman, makanya ketika saya melihat Pieter, udah aja langsung saya tunjuk dia, dan ternyata pesan yang disampaikan pun tentang akhir jaman, untung aja Pieter yang bawain karena saya cukup minder juga tentang tanggepan dua saudara yang mengkritik tentang akhir jaman”
            Setelah beres semuanya itu saya merenungi kata-kata coordinator tadi, kenapa harus minder menyampaikan pesan Tuhan? Apakah takut dikritik? Merasa tidak layak? Sayang sekali potensi yang ada dalam diri kita harus terkubur karena tanggapan orang-orang disekeliling kita. Saya sih tidak mau potensi saya mati hanya karena respon orang lain tidak sesuai dengan harapan kita. Saya teringat pesan hamba Tuhan almarhum, kita itu hanyalah seorang tukang pos nya Tuhan, kita menyampaikan pesan dari Tuhan langsung. Iblis tidak bisa menuntut kita, tidak bisa mendakwa kita karena pesan tersebut, karena bukan kita yang membuat pesan, we’re just a messanger, lain kalau kita mereasa itu pesan dari saya, itu hasil gue, ya jangan heran kalau iblis bisa menuntut, ya jangan heran kalau kita tersinggung bila dikritik. Tukang pos mana bisa dia tersinggung / marah / dituntut karena pesan yang dia sampaikan, ya kalau mau marah ya ke si pembuat pesannya langsung lah. Tukang pos paling Cuma bisa bengong “ko orang itu marah-marah ya ketika baca surat?” Trus paling di tinggal pergi sama tukang pos nya. Tukang pos paling cuma bisa ikut bersedih atau menghibur ketika yang membaca surat itu nangis sedih. Tukang pos mungkin bisa ikut merasakan senang (siapa tau kecipratan berkat) ketika melihat orang yang terima surat loncat-loncat senang (mungkin terima cek, ato warisan, atau apalah). Jadi menurut saya sih ga usah merasa gimana-gimana sebagai seorang pembawa pesan Tuhan, karena itu urusan sipenerima dengan si pemberi pesan, kalau si penerima menolak itu…ya bukan kita yang ditolaknya, tapi si pemberi pesan itu lah yang ditolaknya, itu urusan dia sama Tuhan, kita hanya hamba yang melakukan tugas kita, kecuali kita sombong dan merasa itu pesan gua yang buat mah ya laen soal kalo gitu mah.
            Dulu saya seperti itu, sering marah-marah sendiri ketika mendengar pesan Tuhan, apalagi ditambah kalau yang menyampaikan pesan tidak bermutu, semakain saya banyak belajar, merenungkan Firman, dan mendegar kesaksian-kesaksian, semakin saya sadar kalau perbuatan saya itu bodoh, karena Tuhanpun bisa memakai siapa saja bahkan yang menurut kita ga bermutupun menjadi hambaNya kalau orang itu mau, jadi sampai saat ini saya sangat berhati-hati tentang hal ini, karena saya pun tidak mau didapati memberontak terhadap Tuhan hanya karena saya menolak pesan yang dibawakan orang yang saya anggap lebih rendah dari saya.
            Seorang hamba Tuhan almarhum pernah bercerita tentang dia meremehkan pesan Tuhan, suatu saat dia pernah dijanjikan sebuah gedung besar berkapasitas 1500 orang, padahal jemaat dia hanya sekitar 300 orang, kemudia muncul seorang nabi Tuhan almarhum menyampaikan pesan Tuhan pada pendeta ini, pendeta ini berpikir “Wah…hamba Tuhan besar mau bernubuat” dia piker pesannya apa…menggoncang dunia atau apa…ternyata pesannya hanya “Kamu harus selalu bergantung pada Tuhan” Pendeta ini kaget sekaligus kecewa beliau pikir “Yaa….semua orang juga tau lah kalau kita itu harus bergantung pada Tuhan” Detik dia meremehkan pesan Tuhan, ga sampai seminggu datang lah ujian, gedung yang dijanjikan Tuhan berkapasitas 1500 orang belum ada dana untuk membelinya, kemudian datanglah tawaran sangat mudah untuk mendapatkan pinjaman, padahal beliau sangat anti dengan pinjam meminjam, seumur-umur beliau ini sangat mengandalkan Tuhan dengan adanya donator yang dating secara ajaib, tapi karena udah keburu nafsu dan donator tidak datang-datang akhirnya beliau pinjam lah ke bank tanpa mengandalkan Tuhan, dari situ beliau bersaksi bahwa hidupnya makin lama makin merosot tajam hingga beliau benar-benar tobat dan pertolongan Tuhan pun datang.
            Dari sini saya sangat belajar bahwa pesan Tuhan “seremeh” apapun PASTI akan sangat penting kedepannya, hari ini kita bisa anggap remeh, tapi kedepan kita pasti sadar bahwa pesan itu tidak main-main.
            Jadi saudara/i, jadi tukang pos itu tidak harus nunggu kita sempurna dulu, siapapun bisa menjadi tukang pos karena tidak perlu mempunyai tittle yang tinggi, yang penting mau dipakai. Mau sampai kapan kita harus baik dulu baru kita layak menolong orang lain? Mau sampai Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya baru kita bisa menolong orang lain? Menjadi tukang pos bukan hanya mengantar pesan, tapi mengantar paket, makanan, dsb, dsb…Tukang pos tidak memikirkan apakah saya layak untuk mengantarkan barang ini, apakah saya sudah benar untuk mengantarkan pesan ini, dia ga pusing, lah wong yang menyiapkan paket kan ya si pengirim paket. Kita paling mempersiapkan penampilan, keramahan, tau jalan ke rumah yang dituju, selesai. Soal isi bukan urusan kita. (Kalau dalam konteks Firman jelas kita harus mempersiapkan diri doa pesan apa yang mau disampaikan, tapi kan setelah dapat pesannya ya udah kita sampaikan aja, ga pusing).
Karena kalau kita mau ikutin logika teman saya berarti kalau kita mau nolong orang kita harus selalu cek diri kita dulu apa kita udah layak atau belum, kalau belum layak ya udah kita jangan nolong orang. Contoh ekstreem nya gini, kalau ada sumbangan buat panti asuhan atau apalah, ya kita harus pikir-pikir dulu sebelum kita nyumbang, apakah penghasilan kita cukup untuk makan hari ini ato ngga; Atau kita bisa bilang “Ntar ya kalau saya udah kaya baru saya mau nyumbang, soalnya gw harus mikirin diri gua sendiri dulu sebelum nolong lu” Dipikir-pikir, banyak orang diluaran sana yang tidak kenal Yesus saling menolong tanpa memusingkan dirinya sendiri, lah kita yang notabene anak Tuhan ko kalah ya dengan mereka??
So guys…come on, jadilah hamba Tuhan yang taat, jadilah tukang pos yang setia. Okaay…Tuhan Yesus memberkati.

Mindset dan Mental seorang Raja





            Minggu kemarin saya ikut pelatihan konseling, inti dari pelatihan tersebut menyatakan kalau didunia ini kita masih nginjek tanah jadi jangan lupakan jiwa dan tubuh, banyak gereja sekarang ini hanya bermain di area roh tapi melupakan tubuh dan jiwa, saya sangat bersyukur dengan adanya pelatihan tersebut banyak gereja yang mengubah cara pandang mereka yang selama ini (menurut saya) hanya memikirkan perkara-perkara roh saja tanpa memikirkan peranan atau kebutuhan jiwa dan tubuh.
            Dan untuk kali ini saya tertarik untuk membahas “jiwa” khususnya tentang mindset dan mental seorang raja, kenapa? Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut saya mau ajak saudara/i sekalian untuk mengetahui tokoh2 di Alkitab yang memang layak menjadi seorang pemimpin karena mindset dan mental mereka. Dan perlu kalian ketahui bahwa mereka ini bukanlah anak-anak Tuhan, wow…kita kalah..tapi kita harus belajar dari mereka. Ini mereka..
  1. Potifar
Kej 39 : 1-6
Disini kita bisa lihat bahwa Potifar tidak takut untuk menyerahkan segala sesuatunya kepada Yusuf meskipun Yusuf “menguasai” rumahnya, mungkin dia juga tidak peduli orang mau ngomong apa, karena secara sekilas mungkin orang lain melihat bahwa Yusuflah kepala rumah tangga nya, bukan Potifar. Tapi sepertinya Potifar tidak ambil pusing soal hal tersebut karena dia tahu kalau mau bagaimanapun juga dialah pemilik rumah tangga yang sesungguhnya, dia seorang pemimpin, kepala; dan dalam benak dia, dalam pikiran dia Yusuf mau sebagaimanapun hebatnya dia tetaplah seorang budak, sekali budak ya tetap budak dulu, sekarang, dan selama-lamanya, makanya Potifar sama sekali tidak gentar dengan reputasi Yusuf.
Ok, sampe sini dl, ntar penjelasannya belakangan, atau kalau kalian sudah mulai menangkap maksud saya ya baguslah..ha2. Roh Kudus kita sama soalnya.
  1. Firaun
Kej 41 : 39 – 44
Ini lebih dasyat lagi mentalnya, klo Potifar mah masih level kepala rumah tangga yang mempekerjakan budak, ini udah level kerajaan, level bangsa-bangsa mempekerjakan seorang budak + tahanan, tapi Firaun ga takut tuh tersaingi oleh Yusuf, padahal udah jelas-jelas yang menjalankan negeri itu Yusuf bukan Firaun, tapi dia tenang bin cuek2 aja tuh. Kelebihan Firaun cuma tahta kerajaan doang. Klo tadi Potifar mungkin yang melihat Yusuf yang mengerjakan rumah tangga Potifar mungkin hanya orang-orang dekat Potifar saja, tapi ini seluruh rakyat bahkan seluruh penjuru bumi melihat bahwa Yusuf lah yang “menguasai” Mesir, tapi Firaun sama sekali tidak gentar, tidak minder, mindset dan mental yang sungguh luar biasa menurut saya. Mungkin Firaun berpikir Yusuf itu sekali budak ya tetap budak, mau dinaikkan pangkatnya segimanapun ya dia tetap budak, kalau gue ya sekali Firaun tetap Firaun, mau ada 1000 Yusuf pun ya gue tetep penguasa negeri ini.
  1. Raja Ahasyweros
Ester 5 : 3, 6
Ester 7 : 2
Ester 9 : 12
Ini raja juga luar biasa, jaman dulu yang namanya perempuan itu dipandang sebelah mata, hanya pelengkap, tapi ini raja berani memberi yang terbaik pada perempuan, betul Ester itu seorang ratu, tapi tetap dalam peraturan kerajaan kedudukan seorang ratu pun tidak lepas dari peraturan hukuman mati kalau raja tidak berkenan, apalagi Ester itu dari bangsa Israel yang notabene dibenci oleh bangsa-bangsa sekitarnya (perempuan pula), dan raja Ahasyweros pun bukan dari Israel.
Raja ini tidak merasa terancam meskipun harus memberikan setengah dari kerajaannya pada Ester, dengan cueknya dia mau ngasih tanpa pikir panjang, mungkin raja Ahasyweros juga sadar kalau Ester itu sangat cerdas jadi dia tidak ragu untuk memberikan setengah kerajaan pada Ester (kalau dipelajari dengan benar maka kita bisa menemukan bahwa Ester itu cerdas luar biasa), tapi intinya ini raja mempunyai mental baja tanpa harus merasa disaingi oleh Ester.

            Nah sudah tau kan maksud saya mau kemana? Ya..banyak dari kita anak-anak Tuhan, anak-anak Kerajaan Allah, katanya anak Raja, pewaris tahta Kerajaan Allah, katanya anak kesayangan Bapa? Tapi nyatanya kita terlalu takut akan kehidupan ini, kuatir, ga PD, ga percaya, dll. Kalah dengan orang dunia ini yang bisa sangat percaya diri menguasai negeri ini, kalah mental kita hari-hari ini, yang harusnya menguasai negeri ini adalah anak-anak Tuhan bukan anak-anak dunia yang tidak mengenal Yesus. Ahok tidak bisa berjuang sendirian (Bisa sih kalau Tuhan mau).
            Milikilah mental Kerajaan Allah, mindset kita harus terus menerus berkata kalau saya ini anak Raja, dunia harus takluk kepada Allah, bukan kita yang dikuasai dunia. Berlakulah seperti seorang pemimpin, seorang raja yang tidak gentar apapun seperti yang ditunjukkan 3 orang yang diatas, biarlah nama Tuhan dipermuliakan, dan biarlah seluruh bumi penuh akan kemuliaan Tuhan, biar mereka melihat bahwa Yesuslah yang punya bumi ini dan anak-anakNya lah yang menguasai bumi ini. Amin3. Tuhan Yesus memberkati.

Jumat, 21 Juli 2017

Faceless Generation

Sebenarnya saya mendapatkan hal ini sudah dari beberapa tahun yang lau, namun baru sekarang saya mendapatkan ilham untuk membahas hal ini, dimulai ketika saya teringat kotbah hamba Tuhan tentang adanya seorang yang tidak terkenal namun ternyata itu memberi dampak kepada orang sekitarnya bahkan sampai banyak orang dan tercatat dalam Alkitab dan akhirnya secara ajaib itu mempengaruhi semua orang yang membaca ALkitab. Seorang hamba Tuhan berkata kita sekarang hidup dijaman generasi yang tidak terkenal untuk dipakai Tuhan secara luar biasa, sekarang bukan hanya pendeta-pendeta besar yang maju tapi Tuhan akan membangkitkan kita semua yang tidak terkenal tapi mau dipakai Tuhan menjadi alatNya untuk kemuliaanNya. Ini dasyat sekali, suatu kehormatan kita yang tidak ada apa2nya dipakai Tuhan menjadi pengaruh bagi banyak orang seperti orang-orang yang tercatat didalam Alkitab.
            Siapa saja sih mereka? Ya jelas kita tidak tahu namanya karena tidak dicatat, tapi kita mau mempelajari APA yang mereka lakukan sehingga memberi dampak yang besar bagi seluruh umat yang membaca Alkitab.

1. Bujang Elia

1 Raja-raja 18 : 43-44
 Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali.
44. Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Lalu kata Elia: "Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan."

Kalau boleh saya katakan dia ini salah satu orang yang ngenes kisah hidupnya, kita bahas satu2 ya..
  • Bujang ini disuruh Elia untuk “naik ke atas“, kalau dilihat ayat sebelumnya mereka itu sudah berada di puncak gunung, lalu Elia menyuruh naik, naik kemana? Kemungkinan ke puncak gunung yang menghadap kelaut, menurut seorang hamba Tuhan jarak antar gunung itu sekitar beberapa kilo, tapi jangan lupa itu hanya jarak antar gunung, kita juga harus menghitung bujang ini naik turun gunung sebanyak 2x dalam 1 perjalanan, jadi ya mungkin total sekitar 10km (menurut penelitian hamba Tuhan tersebut)
Kalau saya…disuruh jauh2 ke warung, naek motor pula, liat warung tutup saya udah ngomel2. Ini luar biasanya bujang Elia, jauh2 cuma buat ngeliatin awan. Kalau saya disuruh jauh2 Cuma buat say hi kepada  seseorang pasti saya ngomel2, ya buat apa jauh2 klo Cuma buat gitu doang, klo jauh2 dateng buat sesuatu yang memang perlu bin penting mah cengli lah. Lah ini cm buat liat orangnya ada di rumah ato ngga terus balik lagi. Belum lg kalo orangnya itu ngga ada di rumah, trus kita udah pulang ke rumah kita berapa menit kemudian kita harus balik lagi kesana buat liat orangnya udah pulang atau belum (ceritanya lg ga ada HP), udah nangis darah saya.
Jadilah taat dan setia meskipun terlihat gila dan tidak ada gunanya, karena mungkin saat itu kita tidak tahu rencana Tuhan, tapi percaya kita akan melihat pelangi diujungnya dan mahkota akan menanti kita.

  • Saya tidak tahu apakah bujang ini sempat beristirahat atau tidak? Seandainya Elia berdoa dulu yang lama masih lumayan buat bujangnya istirahat sejenak. Kalau dilihat di ayat sebelumnya Elia hanya berdoa meletakkan kepalanya diantara kedua kakinya, mungkin dia berteriak mengerang, jadi mungkin hanya berdoa sebentar, ga tau juga saya. Dan kalau dilihat ayat 43 sih ga ada ampun bagi si bujang yang malang tapi setia itu, Elia langsung menyuruh bujangnya pergi begitu memberi kabar ga ada awan.
Saya ga bisa ngerti gimana perasaan si bujang itu, kalau saya dikerjain seperti itu pasti udah marah-marah, saya keliling seharian naek motor aja udah cape butuh makan minum, lah itu naek turun gunung ga pake motor trail tapi ala ninja Hatori, saya ngga tahu itu bujang udah sempet makan dan minum belum ya..?
Jangan lelah dan mengomel, biar daging ini hancur dan menjadi martir untuk kemuliaan nama Tuhan. Roh Kudus yang memampukan kita. Bujang itu bolak balik sebanyak 7x, 7 banyak yang mengartikan angka kesempurnaan / tidak terbatas. Berarti kita harus seperti bujang itu : Terus menerus bekerja di ladang Tuhan tanpa lelah dan mengeluh.

  • Lagi2 kalau saya jadi bujang Elia mengharapkan awan muncul, saya akan mengharapkan awan hitam pekat yang menutupi langit, tapi ini yang dilihat awan cuma setapak tangan, kalau saya, saya akan pesimis melihat awan Cuma kecil, mungkin juga saya membayangkan akan disuruh balik lagi karena awannya kurang besar, mungkin juga saya tidak akan bilang awan kecil, saya akan bilang “sudah ada awan terlihat” saya tidak akan bilang awan kecil. Tapi lagi2 ini yang luar biasa dari bujang Elia, dia bilang “Wah”  seolah-olah terkagum dan tidak masalah dengan awan kecil (seringkali kita tidak bersyukur ketika kita melihat seolah-olah berkat yang kita terima itu kecil atau tidak sebesar berkat yang orang lain terima, tp ini lah hebatnya bujang Elia, dia tetap bersukacita meskipun hanya melihat awan kecil dan dia berkata jujur, tidak takut disuruh balik lagi)
Bersyukur senantiasa, tidak takut menghadapi situasi apapun, berserah penuh.

  • Setelah itu semua apakah sudah selesai? Ternyata tidak saudara2…si bujang itu langsung disuruh pergi lagi..OMG itu kaki bisa potong.
Kita dijanjikan Tuhan dibawa dari satu kemenangan kepada kemenangan yang lain, dari kemuliaan ke kemuliaan. Ya ini harganya, tugas demi tugas akan menanti kita saudara2…semangat..!!

2. Anak yang memberi 5 roti dan 2 ikan, janda miskin, dan bujang Saul
Yoh 6 : 9
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Mark 12 : 41-44
1 Sam 9 : 6-10
Di ayat-ayat sebelumnya kita tahu bahwa orang-orang dewasa itu kelaparan, dan kalau mereka pulang mereka bisa pingsan karena tidak ada makanan. Dan ini ada anak kecil yang membawa sedikit makanan, kalau dalam posisi anak tersebut itu anak belum tahu bakal ada mujizat, jangankan anak kecil itu, lah wong murid-murid Yesus sendiripun bingung, boro-boro mikir mujizat. Ini anak kecil kalau dia kasih semua bekalnya kemungkinan dia mati dijalan karena orang dewasa aja bisa pingsan, ini anak kecil, mungkin bisa mati dijalan. Tapi yang ajaib anak ini mau kasih semua yang dia punya seperti janda yang memberi persembahan 2 peser uang. Juga dengan bujangnya Saul, dia bisa memberikan nasihat yang baik pada Saul, selain itu dia mau memberikan semua hartanya ketika majikannya tidak ada uang. Dengan perbuatannya ini dia “menentukan nasib sebuah bangsa” yang mendambakan raja pada saat itu. Seandainya bujangnya tidak cerdas mungkin ceritanya akan lain, dan mungkin Tuhan akan pakai orang lain yang mau dipakaiNya menjadi alatNya.
Mereka ini pahlawan iman yang bahkan namanya sama sekali tidak disebutkan dalam Alkitab tapi dampaknya menguatkan orang yang membaca Alkitab, yang satu “dapat membuat mujizat” dan yang satu dapat menyentuh hati Tuhan.
Beri semua yang terbaik untuk Tuhan jangan setengah-setengah.
3. Bujang pembawa senjata Yonathan
1 Sam 14 : 6-7
Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: "Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang."
7. Lalu jawab pembawa senjatanya itu kepadanya: "Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat."
Ini adalah misi bunuh diri namanya, kalo perang jaman dulu ada yang namanya pasukan berani mati / pasukan bunuh diri. Tapi ini hebatnya “the power of sepakat”. Jangan remehkan doa sepakat, sehati dan sejiwa. 2 orang saja berdoa maka Tuhan hadir, klo hanya 2 orang tapi ditambah dengan Yesus yang unlimited maka hasilnya tetap kekuatan yang tak terbatas.
Generasi yang akan dipakai Tuhan hari-hari ini adalah generasi yang tidak takut dengan yang namanya ‘martir”. Asalkan sepakat dengan Tuhan biarpun kita harus menjadi martir dan bahkan tidak ada yang tahu nama kita, kita akan memberikan kemenangan yang besar bagi Tuhan kita. Berdoa saja kita selamat seperti bujangnya Yonathan :D


Mungkin ada banyak lagi pahlawan-pahlawan iman yang tidak tercatat namanya, mungkin kalian bisa menemukan lebih banyak lagi. Yang jelas hari-hari ini Tuhan akan memunculkan umat-umatNya yang tidak terkenal tapi yang mau dipakai oleh Tuhan secara luar biasa. Seperti Yehezkiel dalam Yeh 47 : 1-5
Ketika itu ada aliran-aliran air yang mengalir dari Bait Allah dan Yehezkiel harus menuju aliran air tersebut sampai akhirnya ia harus berenang karena air tersebut bisa menenggelamkan Yehezkiel, kita harus seperti itu, tenggelam dalam Tuhan sehingga kita tidak kelihatan lagi, melainkan Kristus yang harus lebih banyak terlihat (Galatia 2 : 20), ketika Yehezkiel masuk dalam air tersebut sampai pada mata kaki, yang kelihatan lebih banyak adalah Yehezkielnya, kita harus terus masuk lebih dalam lagi karena itulah yang Tuhan mau atas hidup kita, jadi tidak terlihat, tidak terkenal, tidak menonjol, tapi dampak dari kehidupan kita bisa mempengaruhi banyak  orang dan memuliakan Tuhan, sehingga orang bisa melihat adanya Yesus dalam diri kita masing-masing.
Seperti 24 tua-tua yang berada disekitar tahta Tuhan, nama mereka sama sekali tidak tercatat dalam Alkitab, tidak ada yang tahu siapa sebenarnya mereka (bukan para rasul karena rasul Yohanes masih hidup, bukan keturunan Abraham karena mereka ketika meninggal ada dipangkuan Abraham, bukan nenek moyang Abraham karena jumlahnya bukan 24), tidak jelas siapa mereka tapi yang pasti mereka berada di sekitar tahta Tuhan dan bermahkota, tapi bahkan mahkota mereka pun mereka lempar.
Tidak salah menjadi terkenal, tapi yang Tuhan inginkan adalah dampak hidup kita terhadap orang lain, karena menjadi terkenal juga makin banyak badai dan makin sulit untuk menjaga hati. Kalau saya pribadi lebih baik menjadi tidak terkenal karena bebannya tidak seberat kita menjadi terkenal tapi membawa dampak positif bagi Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.