Di Jaman ini
kecanggihan teknologi semakin meningkat pesat, klo kt ga up to date maka kt
akan ketinggalan jaman dan dibilang kudet. Maka jangan heran kalau digereja
banyak peralatan2 canggih, dan hamba2 Tuhan pun memakai gadget yg canggih utk
mendukung pelayanan mereka, tidak ada yg salah dgn itu semua. Pendidikan pun
semakin canggih, dulu ga ada guru yg bawa laptop ke kelas, awal saya melihat yg
seperti itu saya cm bs bengong, tp pd akhirnya saya pun memakainya dikelas, itu
pun tdk masalah. Kelas2 semakin canggih, ada proyektor, AC, dsb utk keperluan
dan kenyamanan murid, yaa..ok jg. Ada yg
share foto guru-murid jaman dulu : guru menerangkan di depan dan murid2nya
duduk mendengarkan, lalu disebelahnya foto jaman now dgn posisi yg persis sama,
banyak yg berpendapat seharusnya itu semua sudah berubah mengikuti perkembangan
jaman, skrg ada beberapa sekolah sudah tidak menerapkan sistem seperti itu lg,
tp mengajar sesuai dgn minat, bakat, dan kecerdasan murid. Good, saya setuju2
aja dgn itu semua, sistem pendidikan yg baru yg mengikuti perkembangan jaman
dan teknologi, karena murid2 skrg lbh mahir menggunakan gadget dr pd ortu
bahkan gurunya sendiri, maka kt sebagai ortu/guru jgn sampai kt kalah dan dibodohi
mereka.
Jd kalau semua itu
fine2 aja, sah2 aja, jd apa yg salah? Apa yg seharusnya tdk pernah berubah? Saudara/i
yg pernah membaca tulisan saya ttg kesalahan2 ortu2 dlm Alkitab akan tahu
jawabannya, yes The answer is : mental & character, kedisiplinan dan sopan
santun itu yg sudah memudar dan hampir hilang di negeri ini karena adanya undang2
perlindungan anak (jgn salah mengerti, saya setuju dgn itu, tp itu dijadikan “senjata”
bagi ortu & murid2 untuk menghindari didikan dari sekolah). Banyaknya ortu2
yg tidak mengerti ttg pentingnya arti kedisiplinan diri karena ortu2 tersebut
pada waktu jaman sekolahnya ada kepahitan tersendiri terhadap guru/bahkan ortu
mereka sendiri yg mendidik mereka dgn keras, sehingga skrg mereka menolak
pendidikan tersebut sehingga jangan sampai anak2 mereka jd “korban” pendidikan
sekolah jaman dl, tp mereka lupa kalau mereka itu skrg sukses dan mampu
membiayai anak2 mereka itu karena hasil didikan karakter, mental, dan disiplin
yg keras yg menjadikan mereka kuat dan tangguh dlm menghadapi berbagai macam
persoalan hidup. Tp para ortu jaman now seolah2 tdk mau tahu (pokonya anak gw ga
boleh susah, anak gw ga boleh lu sentuh apapun yg terjadi, udah biaya mahal
ngelahirin anak malah dihajar, bla..bla..bla..) makanya jgn heran kalau anak
jaman sekarang bs berlaku seenaknya di dalam kehidupan sehari2nya, dgn ortu aja
berani kurang ajar apalagi kepada guru.
Saya cukup kaget karena
anak2 jaman sekarang bebas bawa HP kesekolah (meskipun memang dikumpulkan) tp
saat sebelum / sesudah pelajaran mereka bebas bermain game disekolah. Dikelas
mereka berani tidur saat guru menerangkan pelajaran, berbicara kasar meskipun
ada guru, terang2an menantang guru, terang2an ngomongin guru, membully guru,
dsb, dsb, & dsb…
Sungguh sangat
mengerikan anak2 jaman sekarang, mau jadi apa mereka jika kelakuan mereka
seperti itu, jaman dl klo ada murid yg bodoh mungkin ada guru yg bertanya
seperti itu jg “mau jadi apa anak ini kedepannya” tapi pertanyaan ini gugur
karena mental & karakter yg bagus dr anak2 jaman dl yg mengatasi
kebodohannya dgn cara berjuang dgn keras, karena kt tahu kepintaran bukanlah
segala2nya, percuma pintar kalau tdk ada yg mau berteman dgn dia. Percuma
pintar kalau korupsi, akhirnya hanya menjadi sampah masyarakat saja meskipun
pintar. Nah ini anak jaman skrg karakternya kacau gini, mau jadi apa besarnya? Kalaupun
pintar tapi ngawur jg sama aja boong.
Ok skrg saya akan
mencoba membahas dari sudut pandang Alkitab
Dalam Alkitab, Tuhan Allah
itu sangat kreatif dlm membuat mujizatNya, Dia selalu memakai metode yg
berbeda2, salut dgn Raja Daud ketika dia mau berperang dia tanya Tuhan dl,
ketika Tuhan suruh kejar dan perang, tp perang selanjutnya Daud msh jg nanya
Tuhan, padahal perang sebelumnya sudah menang dgn cara yg frontal, klo saya jd
Daud mungkin saya udah lgs hajar lg aja karena tahu Tuhan dipihak saya dan saya
udah menang tadi, ya…makanya saya ga dijadikan Daud sama Tuhan, Daud bertanya
dan termyata jawaban Tuhan berbeda dgn bayangan kita, Dia memyuruh Daud
berputar dan menunggu tanda ( untungkan ga lgs maem hajar ).
Yesus pun dalam menyembuhkan
org sakit metodenya berbeda2, karena Dia Allah yg kreatif. Pada suatu ketika
ada org yg membawa org sakit, dan org2 tsb meminta pada Yesus untuk
menumpangkan tangannya pada org sakit tsb supaya sembuh, tp Yesus menarik org
sakit tsb menjauhi mereka. (Seorang hamba Tuhan menyampaikan pemikirannya
seperti ini : Yesus menjauhi mereka karena mereka mengatur2 Tuhan utk
menumpangkan tanganNya, padahal Yesus punya cara tersendiri untuk memyembuhkan
org buta tersebut)
Disebutkan jg dlm
Alkitab bahwa pengetahuan itu terus bertambah.
Jd metode2 dlm
pendidikan, kecanggihan teknologi memang akan terus berkembang karena Allah
kita adalah Allah yg kreatif, dan bagi saya tdk masalah teknik2 mengajar tdk
harus guru didepan mengajar dgn murid2 duduk mendengarkan.
Tapi ada 1 hal yg tidak
pernah berubah dr jaman perjanjian lama sampai ke jaman Tuhan Yesus dan sampai skrg. Yaa…diawal
sudah disebutkan tadi, kedisiplinan, ketaatan terhadap Tuhan yang menumbukan
karakter & mental yang baik itu seharusnya tidak pernah berubah, didikan
dan hajaran Tuhan itu yg menghasilkan org2 besar seperti Abraham, Yakub, Yusuf,
dan Daud. Mereka harus mengalami padang gurun dl utk menjadiborg besar,
prosesnya tdk mudah tp berhasil.
Yesus mendidik murid2nya
dgn keras, dan Dia pun memberi teladan pada murid2Nya, Dia mendisiplinkan
diriNya sendiri dgn banyak berdoa sblm matahari terbit. Dgn keras Dia
menghardik org2 farisi. Dan sampai sekarangpun Tuhan masih mendisiplinkan kita
dengan caraNya sendiri, kalau kita tidak terima maka kita akan terhempas
gelombangNya, pilihan kita apakah kt mau menari diatas gelombang atau tenggelam
dan terhempas didaratan kering.
Kalau ortu2 jaman skrg
tdk mau mendidik dan mendisiplinkan anak nya dr awal, jgn harap anak2 mereka bs
berselancar dalam ombak, karena tidak pernah diajarkan caranya menghadapi
gelombang. Dan kalau dengan cara halus tidak bs didisiplinkan oleh Tuhan, jgn
sampai Tuhan seret kita karena kasihNya pada kita sehingga Dia terpaksa seret
kita utk menyelamatkan kt semua.
Nah skrg apa sih kelemahan
pendidikan yg menerapkan kedisiplinan yg tinggi? Ya td udah disebutkan kalau
banyak anak yg sakit hati dan kepahitan terhadap guru dan bahkan ortu sendiri,
meskipun pendidikan tersebut berhasil menjadikan anak sukses tapi banyak luka
jg yg didapat si anak, jd gmn? Ya rekonsiliasi lah, terutama ortu dengan anak,
karena kalau hubungan dengan Tuhan dan ortu beres, pasti hubungan dengan sesama
pun tidak akan ada masalah, saya dan teman2 seangkatan saya sempat mengalami
hajaran guru dengan fisik, apakah saya dan teman2 seangkatan saya sakit hati
dgn guru tersebut? Ngga tuh…karena hubungan dengan Tuhan dan ortu tidak ada
masalah. Ini yg hilang pada jaman dulu, mental dan daya tahan menghadapi
tekanan sih ok2 aja, jd org sukses skrg, tp hubungan dengan Tuhan dan ortu yg
tdk baik itu lah yg mengacaukan semuanya, akibatnya mereka memanjakan anak
karena mereka tidak mau mengalami kesakitan seperti mereka jaman dl.
Jd sebetulnya intinya
itu adalah hubungan, perbaiki hubungan dgn Tuhan, perbaiki hubungan dengan
keluarga, maka tdk akan ada sakit hati lg diantara keluarga dengan pendidikan
yg disiplin sekalipun. Karena kebanyakan ank bermasalah yg saya temui itu
berasal dr keluarga yg bermasalah, klo dilihat secara ekonomi sih mereka tidak
kekurangan, bahkan banyak jg yg berkelimpahan, tp pribadi yg dihasilkan sangat
mengerikan, karena setelah diselidiki intinya bukanlah ekonomi yg membuat
kebahagiaan, tp relasi antar keluarga, bnyk ank yg membenci ortunya sendiri,
membenci saudara2 sekandungnya, sudah jelas jika hubungan yg hrs nya paling
dekat aja ga beres, gmn dgn relasi di luar keluarga? Dgn teman? Dgn guru?
Pastilah berantakan jg, yg bs dekat dgn anak seperti ini ya yg sama2 nakal jg,
1 visi & misi, membully bnyk org, bahkan kalo perlu pun guru di bully sama
mereka2 ini. Jadi kalau mereka merasa diterima oleh kelompoknya, itu hanyalah
kebahagiaan semu, relasi palsu.
Ayo sadar saudara/i
bangun hubungan dgn Tuhan, perbaiki relasi, kemudian rekonsiliasi dgn keluarga,
perbaiki pendidikan karakter, back to Bible, jgn biarkan hal2 seperti ini terulang di
angkatan selanjutnya