Selasa, 21 November 2017

Something should never change



Di Jaman ini kecanggihan teknologi semakin meningkat pesat, klo kt ga up to date maka kt akan ketinggalan jaman dan dibilang kudet. Maka jangan heran kalau digereja banyak peralatan2 canggih, dan hamba2 Tuhan pun memakai gadget yg canggih utk mendukung pelayanan mereka, tidak ada yg salah dgn itu semua. Pendidikan pun semakin canggih, dulu ga ada guru yg bawa laptop ke kelas, awal saya melihat yg seperti itu saya cm bs bengong, tp pd akhirnya saya pun memakainya dikelas, itu pun tdk masalah. Kelas2 semakin canggih, ada proyektor, AC, dsb utk keperluan dan kenyamanan murid, yaa..ok jg.  Ada yg share foto guru-murid jaman dulu : guru menerangkan di depan dan murid2nya duduk mendengarkan, lalu disebelahnya foto jaman now dgn posisi yg persis sama, banyak yg berpendapat seharusnya itu semua sudah berubah mengikuti perkembangan jaman, skrg ada beberapa sekolah sudah tidak menerapkan sistem seperti itu lg, tp mengajar sesuai dgn minat, bakat, dan kecerdasan murid. Good, saya setuju2 aja dgn itu semua, sistem pendidikan yg baru yg mengikuti perkembangan jaman dan teknologi, karena murid2 skrg lbh mahir menggunakan gadget dr pd ortu bahkan gurunya sendiri, maka kt sebagai ortu/guru jgn sampai kt kalah dan dibodohi mereka.
Jd kalau semua itu fine2 aja, sah2 aja, jd apa yg salah? Apa yg seharusnya tdk pernah berubah? Saudara/i yg pernah membaca tulisan saya ttg kesalahan2 ortu2 dlm Alkitab akan tahu jawabannya, yes The answer is : mental & character, kedisiplinan dan sopan santun itu yg sudah memudar dan hampir hilang di negeri ini karena adanya undang2 perlindungan anak (jgn salah mengerti, saya setuju dgn itu, tp itu dijadikan “senjata” bagi ortu & murid2 untuk menghindari didikan dari sekolah). Banyaknya ortu2 yg tidak mengerti ttg pentingnya arti kedisiplinan diri karena ortu2 tersebut pada waktu jaman sekolahnya ada kepahitan tersendiri terhadap guru/bahkan ortu mereka sendiri yg mendidik mereka dgn keras, sehingga skrg mereka menolak pendidikan tersebut sehingga jangan sampai anak2 mereka jd “korban” pendidikan sekolah jaman dl, tp mereka lupa kalau mereka itu skrg sukses dan mampu membiayai anak2 mereka itu karena hasil didikan karakter, mental, dan disiplin yg keras yg menjadikan mereka kuat dan tangguh dlm menghadapi berbagai macam persoalan hidup. Tp para ortu jaman now seolah2 tdk mau tahu (pokonya anak gw ga boleh susah, anak gw ga boleh lu sentuh apapun yg terjadi, udah biaya mahal ngelahirin anak malah dihajar, bla..bla..bla..) makanya jgn heran kalau anak jaman sekarang bs berlaku seenaknya di dalam kehidupan sehari2nya, dgn ortu aja berani kurang ajar apalagi kepada guru.
Saya cukup kaget karena anak2 jaman sekarang bebas bawa HP kesekolah (meskipun memang dikumpulkan) tp saat sebelum / sesudah pelajaran mereka bebas bermain game disekolah. Dikelas mereka berani tidur saat guru menerangkan pelajaran, berbicara kasar meskipun ada guru, terang2an menantang guru, terang2an ngomongin guru, membully guru, dsb, dsb, & dsb…
Sungguh sangat mengerikan anak2 jaman sekarang, mau jadi apa mereka jika kelakuan mereka seperti itu, jaman dl klo ada murid yg bodoh mungkin ada guru yg bertanya seperti itu jg “mau jadi apa anak ini kedepannya” tapi pertanyaan ini gugur karena mental & karakter yg bagus dr anak2 jaman dl yg mengatasi kebodohannya dgn cara berjuang dgn keras, karena kt tahu kepintaran bukanlah segala2nya, percuma pintar kalau tdk ada yg mau berteman dgn dia. Percuma pintar kalau korupsi, akhirnya hanya menjadi sampah masyarakat saja meskipun pintar. Nah ini anak jaman skrg karakternya kacau gini, mau jadi apa besarnya? Kalaupun pintar tapi ngawur jg sama aja boong.
Ok skrg saya akan mencoba membahas dari sudut pandang Alkitab
Dalam Alkitab, Tuhan Allah itu sangat kreatif dlm membuat mujizatNya, Dia selalu memakai metode yg berbeda2, salut dgn Raja Daud ketika dia mau berperang dia tanya Tuhan dl, ketika Tuhan suruh kejar dan perang, tp perang selanjutnya Daud msh jg nanya Tuhan, padahal perang sebelumnya sudah menang dgn cara yg frontal, klo saya jd Daud mungkin saya udah lgs hajar lg aja karena tahu Tuhan dipihak saya dan saya udah menang tadi, ya…makanya saya ga dijadikan Daud sama Tuhan, Daud bertanya dan termyata jawaban Tuhan berbeda dgn bayangan kita, Dia memyuruh Daud berputar dan menunggu tanda ( untungkan ga lgs maem hajar ).
Yesus pun dalam menyembuhkan org sakit metodenya berbeda2, karena Dia Allah yg kreatif. Pada suatu ketika ada org yg membawa org sakit, dan org2 tsb meminta pada Yesus untuk menumpangkan tangannya pada org sakit tsb supaya sembuh, tp Yesus menarik org sakit tsb menjauhi mereka. (Seorang hamba Tuhan menyampaikan pemikirannya seperti ini : Yesus menjauhi mereka karena mereka mengatur2 Tuhan utk menumpangkan tanganNya, padahal Yesus punya cara tersendiri untuk memyembuhkan org buta tersebut)
Disebutkan jg dlm Alkitab bahwa pengetahuan itu terus bertambah.
Jd metode2 dlm pendidikan, kecanggihan teknologi memang akan terus berkembang karena Allah kita adalah Allah yg kreatif, dan bagi saya tdk masalah teknik2 mengajar tdk harus guru didepan mengajar dgn murid2 duduk mendengarkan.
Tapi ada 1 hal yg tidak pernah berubah dr jaman perjanjian lama sampai ke  jaman Tuhan Yesus dan sampai skrg. Yaa…diawal sudah disebutkan tadi, kedisiplinan, ketaatan terhadap Tuhan yang menumbukan karakter & mental yang baik itu seharusnya tidak pernah berubah, didikan dan hajaran Tuhan itu yg menghasilkan org2 besar seperti Abraham, Yakub, Yusuf, dan Daud. Mereka harus mengalami padang gurun dl utk menjadiborg besar, prosesnya tdk mudah tp berhasil.
Yesus mendidik murid2nya dgn keras, dan Dia pun memberi teladan pada murid2Nya, Dia mendisiplinkan diriNya sendiri dgn banyak berdoa sblm matahari terbit. Dgn keras Dia menghardik org2 farisi. Dan sampai sekarangpun Tuhan masih mendisiplinkan kita dengan caraNya sendiri, kalau kita tidak terima maka kita akan terhempas gelombangNya, pilihan kita apakah kt mau menari diatas gelombang atau tenggelam dan terhempas didaratan kering.
Kalau ortu2 jaman skrg tdk mau mendidik dan mendisiplinkan anak nya dr awal, jgn harap anak2 mereka bs berselancar dalam ombak, karena tidak pernah diajarkan caranya menghadapi gelombang. Dan kalau dengan cara halus tidak bs didisiplinkan oleh Tuhan, jgn sampai Tuhan seret kita karena kasihNya pada kita sehingga Dia terpaksa seret kita utk menyelamatkan kt semua.

Nah skrg apa sih kelemahan pendidikan yg menerapkan kedisiplinan yg tinggi? Ya td udah disebutkan kalau banyak anak yg sakit hati dan kepahitan terhadap guru dan bahkan ortu sendiri, meskipun pendidikan tersebut berhasil menjadikan anak sukses tapi banyak luka jg yg didapat si anak, jd gmn? Ya rekonsiliasi lah, terutama ortu dengan anak, karena kalau hubungan dengan Tuhan dan ortu beres, pasti hubungan dengan sesama pun tidak akan ada masalah, saya dan teman2 seangkatan saya sempat mengalami hajaran guru dengan fisik, apakah saya dan teman2 seangkatan saya sakit hati dgn guru tersebut? Ngga tuh…karena hubungan dengan Tuhan dan ortu tidak ada masalah. Ini yg hilang pada jaman dulu, mental dan daya tahan menghadapi tekanan sih ok2 aja, jd org sukses skrg, tp hubungan dengan Tuhan dan ortu yg tdk baik itu lah yg mengacaukan semuanya, akibatnya mereka memanjakan anak karena mereka tidak mau mengalami kesakitan seperti mereka jaman dl.
Jd sebetulnya intinya itu adalah hubungan, perbaiki hubungan dgn Tuhan, perbaiki hubungan dengan keluarga, maka tdk akan ada sakit hati lg diantara keluarga dengan pendidikan yg disiplin sekalipun. Karena kebanyakan ank bermasalah yg saya temui itu berasal dr keluarga yg bermasalah, klo dilihat secara ekonomi sih mereka tidak kekurangan, bahkan banyak jg yg berkelimpahan, tp pribadi yg dihasilkan sangat mengerikan, karena setelah diselidiki intinya bukanlah ekonomi yg membuat kebahagiaan, tp relasi antar keluarga, bnyk ank yg membenci ortunya sendiri, membenci saudara2 sekandungnya, sudah jelas jika hubungan yg hrs nya paling dekat aja ga beres, gmn dgn relasi di luar keluarga? Dgn teman? Dgn guru? Pastilah berantakan jg, yg bs dekat dgn anak seperti ini ya yg sama2 nakal jg, 1 visi & misi, membully bnyk org, bahkan kalo perlu pun guru di bully sama mereka2 ini. Jadi kalau mereka merasa diterima oleh kelompoknya, itu hanyalah kebahagiaan semu, relasi palsu.
Ayo sadar saudara/i bangun hubungan dgn Tuhan, perbaiki relasi, kemudian rekonsiliasi dgn keluarga, perbaiki pendidikan karakter, back to Bible,  jgn biarkan hal2 seperti ini terulang di angkatan selanjutnya

Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 30 Agustus 2017

Tukang Pos





          Di kantor saya bekerja sekarang ada rutin persekutuan doa seminggu sekali pada waktu jam istirahat, jadi yang muslim diberi kesempatan untuk beribadah maka yang Kristen pun memanfaatkan waktu luang tersebut untuk berfellowship, suatu ketika sehari sebelum persekutuan saya diminta untuk sharing Firman Tuhan, saya menyanggupinya dan seharian saya berpikir dan merenung “Tuhan, bahan apa yang harus saya bawakan besok” bahkan sampai terbawa mimpi itu bahan sharing buat besok. Singkat cerita saya sampaikan apa yang saya dapat kemarin malam (yang sampai terbawa mimpi itu), saya menceritakan tentang akhir jaman. Setelah saya selesai sharing, ini yang menarik makanya kenapa saya membuat tulisan ini. Ada dua orang teman saya mengkritik habis sharing saya.
            Yang pertama teman saya mengkritik bahwa keputusan ikut Yesus adalah keputusan masing-masing orang, ngapain kita ngurusin / nolong orang-orang yang tidak mau ikut Tuhan Yesus, biarlah mereka binasa dengan keputusan mereka masing-masing, kita cukup selamatkan diri kita saja masing-masing, contoh: Ketika kita dan keluarga kita mau tenggelam, mana yang kita selamatkan duluan? Ya nolong diri kita dulu, baru nolong keluarga kita. Begitu juga kehidupan sehari-hari, apakah kita udah bener jadi orang sampai harus ngurusin / nolong kepentingan orang lain? Urus / nolong diri kita dulu aja lah, kalo udah bener baru boleh ngurusin / nolong kehidupan rohani orang lain.
            Yang kedua pun sama, malah lebih pedas “Saya tuh ya paling sebel dengan orang-orang yang kaya gini, hidup aja belum bener udah mau sharing-sharing akhir jaman lah, apalah…” bla..bla..bla.. pokonya panjang dan mengkritik.
            Singkat cerita ketika doa nya berakhir, teman saya yang coordinator persekutuan itu bercerita bahwa sebenarnya dia ingin menyampaikan sesuatu di persekutuan kali ini, dan dia ingin menyampaikan pesan tentang akhir jaman juga, tapi dia merasa sedikit minder “karena ya siapa saya berani-beraninya menyampaikan akhir jaman, makanya ketika saya melihat Pieter, udah aja langsung saya tunjuk dia, dan ternyata pesan yang disampaikan pun tentang akhir jaman, untung aja Pieter yang bawain karena saya cukup minder juga tentang tanggepan dua saudara yang mengkritik tentang akhir jaman”
            Setelah beres semuanya itu saya merenungi kata-kata coordinator tadi, kenapa harus minder menyampaikan pesan Tuhan? Apakah takut dikritik? Merasa tidak layak? Sayang sekali potensi yang ada dalam diri kita harus terkubur karena tanggapan orang-orang disekeliling kita. Saya sih tidak mau potensi saya mati hanya karena respon orang lain tidak sesuai dengan harapan kita. Saya teringat pesan hamba Tuhan almarhum, kita itu hanyalah seorang tukang pos nya Tuhan, kita menyampaikan pesan dari Tuhan langsung. Iblis tidak bisa menuntut kita, tidak bisa mendakwa kita karena pesan tersebut, karena bukan kita yang membuat pesan, we’re just a messanger, lain kalau kita mereasa itu pesan dari saya, itu hasil gue, ya jangan heran kalau iblis bisa menuntut, ya jangan heran kalau kita tersinggung bila dikritik. Tukang pos mana bisa dia tersinggung / marah / dituntut karena pesan yang dia sampaikan, ya kalau mau marah ya ke si pembuat pesannya langsung lah. Tukang pos paling Cuma bisa bengong “ko orang itu marah-marah ya ketika baca surat?” Trus paling di tinggal pergi sama tukang pos nya. Tukang pos paling cuma bisa ikut bersedih atau menghibur ketika yang membaca surat itu nangis sedih. Tukang pos mungkin bisa ikut merasakan senang (siapa tau kecipratan berkat) ketika melihat orang yang terima surat loncat-loncat senang (mungkin terima cek, ato warisan, atau apalah). Jadi menurut saya sih ga usah merasa gimana-gimana sebagai seorang pembawa pesan Tuhan, karena itu urusan sipenerima dengan si pemberi pesan, kalau si penerima menolak itu…ya bukan kita yang ditolaknya, tapi si pemberi pesan itu lah yang ditolaknya, itu urusan dia sama Tuhan, kita hanya hamba yang melakukan tugas kita, kecuali kita sombong dan merasa itu pesan gua yang buat mah ya laen soal kalo gitu mah.
            Dulu saya seperti itu, sering marah-marah sendiri ketika mendengar pesan Tuhan, apalagi ditambah kalau yang menyampaikan pesan tidak bermutu, semakain saya banyak belajar, merenungkan Firman, dan mendegar kesaksian-kesaksian, semakin saya sadar kalau perbuatan saya itu bodoh, karena Tuhanpun bisa memakai siapa saja bahkan yang menurut kita ga bermutupun menjadi hambaNya kalau orang itu mau, jadi sampai saat ini saya sangat berhati-hati tentang hal ini, karena saya pun tidak mau didapati memberontak terhadap Tuhan hanya karena saya menolak pesan yang dibawakan orang yang saya anggap lebih rendah dari saya.
            Seorang hamba Tuhan almarhum pernah bercerita tentang dia meremehkan pesan Tuhan, suatu saat dia pernah dijanjikan sebuah gedung besar berkapasitas 1500 orang, padahal jemaat dia hanya sekitar 300 orang, kemudia muncul seorang nabi Tuhan almarhum menyampaikan pesan Tuhan pada pendeta ini, pendeta ini berpikir “Wah…hamba Tuhan besar mau bernubuat” dia piker pesannya apa…menggoncang dunia atau apa…ternyata pesannya hanya “Kamu harus selalu bergantung pada Tuhan” Pendeta ini kaget sekaligus kecewa beliau pikir “Yaa….semua orang juga tau lah kalau kita itu harus bergantung pada Tuhan” Detik dia meremehkan pesan Tuhan, ga sampai seminggu datang lah ujian, gedung yang dijanjikan Tuhan berkapasitas 1500 orang belum ada dana untuk membelinya, kemudian datanglah tawaran sangat mudah untuk mendapatkan pinjaman, padahal beliau sangat anti dengan pinjam meminjam, seumur-umur beliau ini sangat mengandalkan Tuhan dengan adanya donator yang dating secara ajaib, tapi karena udah keburu nafsu dan donator tidak datang-datang akhirnya beliau pinjam lah ke bank tanpa mengandalkan Tuhan, dari situ beliau bersaksi bahwa hidupnya makin lama makin merosot tajam hingga beliau benar-benar tobat dan pertolongan Tuhan pun datang.
            Dari sini saya sangat belajar bahwa pesan Tuhan “seremeh” apapun PASTI akan sangat penting kedepannya, hari ini kita bisa anggap remeh, tapi kedepan kita pasti sadar bahwa pesan itu tidak main-main.
            Jadi saudara/i, jadi tukang pos itu tidak harus nunggu kita sempurna dulu, siapapun bisa menjadi tukang pos karena tidak perlu mempunyai tittle yang tinggi, yang penting mau dipakai. Mau sampai kapan kita harus baik dulu baru kita layak menolong orang lain? Mau sampai Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya baru kita bisa menolong orang lain? Menjadi tukang pos bukan hanya mengantar pesan, tapi mengantar paket, makanan, dsb, dsb…Tukang pos tidak memikirkan apakah saya layak untuk mengantarkan barang ini, apakah saya sudah benar untuk mengantarkan pesan ini, dia ga pusing, lah wong yang menyiapkan paket kan ya si pengirim paket. Kita paling mempersiapkan penampilan, keramahan, tau jalan ke rumah yang dituju, selesai. Soal isi bukan urusan kita. (Kalau dalam konteks Firman jelas kita harus mempersiapkan diri doa pesan apa yang mau disampaikan, tapi kan setelah dapat pesannya ya udah kita sampaikan aja, ga pusing).
Karena kalau kita mau ikutin logika teman saya berarti kalau kita mau nolong orang kita harus selalu cek diri kita dulu apa kita udah layak atau belum, kalau belum layak ya udah kita jangan nolong orang. Contoh ekstreem nya gini, kalau ada sumbangan buat panti asuhan atau apalah, ya kita harus pikir-pikir dulu sebelum kita nyumbang, apakah penghasilan kita cukup untuk makan hari ini ato ngga; Atau kita bisa bilang “Ntar ya kalau saya udah kaya baru saya mau nyumbang, soalnya gw harus mikirin diri gua sendiri dulu sebelum nolong lu” Dipikir-pikir, banyak orang diluaran sana yang tidak kenal Yesus saling menolong tanpa memusingkan dirinya sendiri, lah kita yang notabene anak Tuhan ko kalah ya dengan mereka??
So guys…come on, jadilah hamba Tuhan yang taat, jadilah tukang pos yang setia. Okaay…Tuhan Yesus memberkati.

Mindset dan Mental seorang Raja





            Minggu kemarin saya ikut pelatihan konseling, inti dari pelatihan tersebut menyatakan kalau didunia ini kita masih nginjek tanah jadi jangan lupakan jiwa dan tubuh, banyak gereja sekarang ini hanya bermain di area roh tapi melupakan tubuh dan jiwa, saya sangat bersyukur dengan adanya pelatihan tersebut banyak gereja yang mengubah cara pandang mereka yang selama ini (menurut saya) hanya memikirkan perkara-perkara roh saja tanpa memikirkan peranan atau kebutuhan jiwa dan tubuh.
            Dan untuk kali ini saya tertarik untuk membahas “jiwa” khususnya tentang mindset dan mental seorang raja, kenapa? Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut saya mau ajak saudara/i sekalian untuk mengetahui tokoh2 di Alkitab yang memang layak menjadi seorang pemimpin karena mindset dan mental mereka. Dan perlu kalian ketahui bahwa mereka ini bukanlah anak-anak Tuhan, wow…kita kalah..tapi kita harus belajar dari mereka. Ini mereka..
  1. Potifar
Kej 39 : 1-6
Disini kita bisa lihat bahwa Potifar tidak takut untuk menyerahkan segala sesuatunya kepada Yusuf meskipun Yusuf “menguasai” rumahnya, mungkin dia juga tidak peduli orang mau ngomong apa, karena secara sekilas mungkin orang lain melihat bahwa Yusuflah kepala rumah tangga nya, bukan Potifar. Tapi sepertinya Potifar tidak ambil pusing soal hal tersebut karena dia tahu kalau mau bagaimanapun juga dialah pemilik rumah tangga yang sesungguhnya, dia seorang pemimpin, kepala; dan dalam benak dia, dalam pikiran dia Yusuf mau sebagaimanapun hebatnya dia tetaplah seorang budak, sekali budak ya tetap budak dulu, sekarang, dan selama-lamanya, makanya Potifar sama sekali tidak gentar dengan reputasi Yusuf.
Ok, sampe sini dl, ntar penjelasannya belakangan, atau kalau kalian sudah mulai menangkap maksud saya ya baguslah..ha2. Roh Kudus kita sama soalnya.
  1. Firaun
Kej 41 : 39 – 44
Ini lebih dasyat lagi mentalnya, klo Potifar mah masih level kepala rumah tangga yang mempekerjakan budak, ini udah level kerajaan, level bangsa-bangsa mempekerjakan seorang budak + tahanan, tapi Firaun ga takut tuh tersaingi oleh Yusuf, padahal udah jelas-jelas yang menjalankan negeri itu Yusuf bukan Firaun, tapi dia tenang bin cuek2 aja tuh. Kelebihan Firaun cuma tahta kerajaan doang. Klo tadi Potifar mungkin yang melihat Yusuf yang mengerjakan rumah tangga Potifar mungkin hanya orang-orang dekat Potifar saja, tapi ini seluruh rakyat bahkan seluruh penjuru bumi melihat bahwa Yusuf lah yang “menguasai” Mesir, tapi Firaun sama sekali tidak gentar, tidak minder, mindset dan mental yang sungguh luar biasa menurut saya. Mungkin Firaun berpikir Yusuf itu sekali budak ya tetap budak, mau dinaikkan pangkatnya segimanapun ya dia tetap budak, kalau gue ya sekali Firaun tetap Firaun, mau ada 1000 Yusuf pun ya gue tetep penguasa negeri ini.
  1. Raja Ahasyweros
Ester 5 : 3, 6
Ester 7 : 2
Ester 9 : 12
Ini raja juga luar biasa, jaman dulu yang namanya perempuan itu dipandang sebelah mata, hanya pelengkap, tapi ini raja berani memberi yang terbaik pada perempuan, betul Ester itu seorang ratu, tapi tetap dalam peraturan kerajaan kedudukan seorang ratu pun tidak lepas dari peraturan hukuman mati kalau raja tidak berkenan, apalagi Ester itu dari bangsa Israel yang notabene dibenci oleh bangsa-bangsa sekitarnya (perempuan pula), dan raja Ahasyweros pun bukan dari Israel.
Raja ini tidak merasa terancam meskipun harus memberikan setengah dari kerajaannya pada Ester, dengan cueknya dia mau ngasih tanpa pikir panjang, mungkin raja Ahasyweros juga sadar kalau Ester itu sangat cerdas jadi dia tidak ragu untuk memberikan setengah kerajaan pada Ester (kalau dipelajari dengan benar maka kita bisa menemukan bahwa Ester itu cerdas luar biasa), tapi intinya ini raja mempunyai mental baja tanpa harus merasa disaingi oleh Ester.

            Nah sudah tau kan maksud saya mau kemana? Ya..banyak dari kita anak-anak Tuhan, anak-anak Kerajaan Allah, katanya anak Raja, pewaris tahta Kerajaan Allah, katanya anak kesayangan Bapa? Tapi nyatanya kita terlalu takut akan kehidupan ini, kuatir, ga PD, ga percaya, dll. Kalah dengan orang dunia ini yang bisa sangat percaya diri menguasai negeri ini, kalah mental kita hari-hari ini, yang harusnya menguasai negeri ini adalah anak-anak Tuhan bukan anak-anak dunia yang tidak mengenal Yesus. Ahok tidak bisa berjuang sendirian (Bisa sih kalau Tuhan mau).
            Milikilah mental Kerajaan Allah, mindset kita harus terus menerus berkata kalau saya ini anak Raja, dunia harus takluk kepada Allah, bukan kita yang dikuasai dunia. Berlakulah seperti seorang pemimpin, seorang raja yang tidak gentar apapun seperti yang ditunjukkan 3 orang yang diatas, biarlah nama Tuhan dipermuliakan, dan biarlah seluruh bumi penuh akan kemuliaan Tuhan, biar mereka melihat bahwa Yesuslah yang punya bumi ini dan anak-anakNya lah yang menguasai bumi ini. Amin3. Tuhan Yesus memberkati.

Jumat, 21 Juli 2017

Faceless Generation

Sebenarnya saya mendapatkan hal ini sudah dari beberapa tahun yang lau, namun baru sekarang saya mendapatkan ilham untuk membahas hal ini, dimulai ketika saya teringat kotbah hamba Tuhan tentang adanya seorang yang tidak terkenal namun ternyata itu memberi dampak kepada orang sekitarnya bahkan sampai banyak orang dan tercatat dalam Alkitab dan akhirnya secara ajaib itu mempengaruhi semua orang yang membaca ALkitab. Seorang hamba Tuhan berkata kita sekarang hidup dijaman generasi yang tidak terkenal untuk dipakai Tuhan secara luar biasa, sekarang bukan hanya pendeta-pendeta besar yang maju tapi Tuhan akan membangkitkan kita semua yang tidak terkenal tapi mau dipakai Tuhan menjadi alatNya untuk kemuliaanNya. Ini dasyat sekali, suatu kehormatan kita yang tidak ada apa2nya dipakai Tuhan menjadi pengaruh bagi banyak orang seperti orang-orang yang tercatat didalam Alkitab.
            Siapa saja sih mereka? Ya jelas kita tidak tahu namanya karena tidak dicatat, tapi kita mau mempelajari APA yang mereka lakukan sehingga memberi dampak yang besar bagi seluruh umat yang membaca Alkitab.

1. Bujang Elia

1 Raja-raja 18 : 43-44
 Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali.
44. Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Lalu kata Elia: "Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan."

Kalau boleh saya katakan dia ini salah satu orang yang ngenes kisah hidupnya, kita bahas satu2 ya..
  • Bujang ini disuruh Elia untuk “naik ke atas“, kalau dilihat ayat sebelumnya mereka itu sudah berada di puncak gunung, lalu Elia menyuruh naik, naik kemana? Kemungkinan ke puncak gunung yang menghadap kelaut, menurut seorang hamba Tuhan jarak antar gunung itu sekitar beberapa kilo, tapi jangan lupa itu hanya jarak antar gunung, kita juga harus menghitung bujang ini naik turun gunung sebanyak 2x dalam 1 perjalanan, jadi ya mungkin total sekitar 10km (menurut penelitian hamba Tuhan tersebut)
Kalau saya…disuruh jauh2 ke warung, naek motor pula, liat warung tutup saya udah ngomel2. Ini luar biasanya bujang Elia, jauh2 cuma buat ngeliatin awan. Kalau saya disuruh jauh2 Cuma buat say hi kepada  seseorang pasti saya ngomel2, ya buat apa jauh2 klo Cuma buat gitu doang, klo jauh2 dateng buat sesuatu yang memang perlu bin penting mah cengli lah. Lah ini cm buat liat orangnya ada di rumah ato ngga terus balik lagi. Belum lg kalo orangnya itu ngga ada di rumah, trus kita udah pulang ke rumah kita berapa menit kemudian kita harus balik lagi kesana buat liat orangnya udah pulang atau belum (ceritanya lg ga ada HP), udah nangis darah saya.
Jadilah taat dan setia meskipun terlihat gila dan tidak ada gunanya, karena mungkin saat itu kita tidak tahu rencana Tuhan, tapi percaya kita akan melihat pelangi diujungnya dan mahkota akan menanti kita.

  • Saya tidak tahu apakah bujang ini sempat beristirahat atau tidak? Seandainya Elia berdoa dulu yang lama masih lumayan buat bujangnya istirahat sejenak. Kalau dilihat di ayat sebelumnya Elia hanya berdoa meletakkan kepalanya diantara kedua kakinya, mungkin dia berteriak mengerang, jadi mungkin hanya berdoa sebentar, ga tau juga saya. Dan kalau dilihat ayat 43 sih ga ada ampun bagi si bujang yang malang tapi setia itu, Elia langsung menyuruh bujangnya pergi begitu memberi kabar ga ada awan.
Saya ga bisa ngerti gimana perasaan si bujang itu, kalau saya dikerjain seperti itu pasti udah marah-marah, saya keliling seharian naek motor aja udah cape butuh makan minum, lah itu naek turun gunung ga pake motor trail tapi ala ninja Hatori, saya ngga tahu itu bujang udah sempet makan dan minum belum ya..?
Jangan lelah dan mengomel, biar daging ini hancur dan menjadi martir untuk kemuliaan nama Tuhan. Roh Kudus yang memampukan kita. Bujang itu bolak balik sebanyak 7x, 7 banyak yang mengartikan angka kesempurnaan / tidak terbatas. Berarti kita harus seperti bujang itu : Terus menerus bekerja di ladang Tuhan tanpa lelah dan mengeluh.

  • Lagi2 kalau saya jadi bujang Elia mengharapkan awan muncul, saya akan mengharapkan awan hitam pekat yang menutupi langit, tapi ini yang dilihat awan cuma setapak tangan, kalau saya, saya akan pesimis melihat awan Cuma kecil, mungkin juga saya membayangkan akan disuruh balik lagi karena awannya kurang besar, mungkin juga saya tidak akan bilang awan kecil, saya akan bilang “sudah ada awan terlihat” saya tidak akan bilang awan kecil. Tapi lagi2 ini yang luar biasa dari bujang Elia, dia bilang “Wah”  seolah-olah terkagum dan tidak masalah dengan awan kecil (seringkali kita tidak bersyukur ketika kita melihat seolah-olah berkat yang kita terima itu kecil atau tidak sebesar berkat yang orang lain terima, tp ini lah hebatnya bujang Elia, dia tetap bersukacita meskipun hanya melihat awan kecil dan dia berkata jujur, tidak takut disuruh balik lagi)
Bersyukur senantiasa, tidak takut menghadapi situasi apapun, berserah penuh.

  • Setelah itu semua apakah sudah selesai? Ternyata tidak saudara2…si bujang itu langsung disuruh pergi lagi..OMG itu kaki bisa potong.
Kita dijanjikan Tuhan dibawa dari satu kemenangan kepada kemenangan yang lain, dari kemuliaan ke kemuliaan. Ya ini harganya, tugas demi tugas akan menanti kita saudara2…semangat..!!

2. Anak yang memberi 5 roti dan 2 ikan, janda miskin, dan bujang Saul
Yoh 6 : 9
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Mark 12 : 41-44
1 Sam 9 : 6-10
Di ayat-ayat sebelumnya kita tahu bahwa orang-orang dewasa itu kelaparan, dan kalau mereka pulang mereka bisa pingsan karena tidak ada makanan. Dan ini ada anak kecil yang membawa sedikit makanan, kalau dalam posisi anak tersebut itu anak belum tahu bakal ada mujizat, jangankan anak kecil itu, lah wong murid-murid Yesus sendiripun bingung, boro-boro mikir mujizat. Ini anak kecil kalau dia kasih semua bekalnya kemungkinan dia mati dijalan karena orang dewasa aja bisa pingsan, ini anak kecil, mungkin bisa mati dijalan. Tapi yang ajaib anak ini mau kasih semua yang dia punya seperti janda yang memberi persembahan 2 peser uang. Juga dengan bujangnya Saul, dia bisa memberikan nasihat yang baik pada Saul, selain itu dia mau memberikan semua hartanya ketika majikannya tidak ada uang. Dengan perbuatannya ini dia “menentukan nasib sebuah bangsa” yang mendambakan raja pada saat itu. Seandainya bujangnya tidak cerdas mungkin ceritanya akan lain, dan mungkin Tuhan akan pakai orang lain yang mau dipakaiNya menjadi alatNya.
Mereka ini pahlawan iman yang bahkan namanya sama sekali tidak disebutkan dalam Alkitab tapi dampaknya menguatkan orang yang membaca Alkitab, yang satu “dapat membuat mujizat” dan yang satu dapat menyentuh hati Tuhan.
Beri semua yang terbaik untuk Tuhan jangan setengah-setengah.
3. Bujang pembawa senjata Yonathan
1 Sam 14 : 6-7
Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: "Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang."
7. Lalu jawab pembawa senjatanya itu kepadanya: "Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat."
Ini adalah misi bunuh diri namanya, kalo perang jaman dulu ada yang namanya pasukan berani mati / pasukan bunuh diri. Tapi ini hebatnya “the power of sepakat”. Jangan remehkan doa sepakat, sehati dan sejiwa. 2 orang saja berdoa maka Tuhan hadir, klo hanya 2 orang tapi ditambah dengan Yesus yang unlimited maka hasilnya tetap kekuatan yang tak terbatas.
Generasi yang akan dipakai Tuhan hari-hari ini adalah generasi yang tidak takut dengan yang namanya ‘martir”. Asalkan sepakat dengan Tuhan biarpun kita harus menjadi martir dan bahkan tidak ada yang tahu nama kita, kita akan memberikan kemenangan yang besar bagi Tuhan kita. Berdoa saja kita selamat seperti bujangnya Yonathan :D


Mungkin ada banyak lagi pahlawan-pahlawan iman yang tidak tercatat namanya, mungkin kalian bisa menemukan lebih banyak lagi. Yang jelas hari-hari ini Tuhan akan memunculkan umat-umatNya yang tidak terkenal tapi yang mau dipakai oleh Tuhan secara luar biasa. Seperti Yehezkiel dalam Yeh 47 : 1-5
Ketika itu ada aliran-aliran air yang mengalir dari Bait Allah dan Yehezkiel harus menuju aliran air tersebut sampai akhirnya ia harus berenang karena air tersebut bisa menenggelamkan Yehezkiel, kita harus seperti itu, tenggelam dalam Tuhan sehingga kita tidak kelihatan lagi, melainkan Kristus yang harus lebih banyak terlihat (Galatia 2 : 20), ketika Yehezkiel masuk dalam air tersebut sampai pada mata kaki, yang kelihatan lebih banyak adalah Yehezkielnya, kita harus terus masuk lebih dalam lagi karena itulah yang Tuhan mau atas hidup kita, jadi tidak terlihat, tidak terkenal, tidak menonjol, tapi dampak dari kehidupan kita bisa mempengaruhi banyak  orang dan memuliakan Tuhan, sehingga orang bisa melihat adanya Yesus dalam diri kita masing-masing.
Seperti 24 tua-tua yang berada disekitar tahta Tuhan, nama mereka sama sekali tidak tercatat dalam Alkitab, tidak ada yang tahu siapa sebenarnya mereka (bukan para rasul karena rasul Yohanes masih hidup, bukan keturunan Abraham karena mereka ketika meninggal ada dipangkuan Abraham, bukan nenek moyang Abraham karena jumlahnya bukan 24), tidak jelas siapa mereka tapi yang pasti mereka berada di sekitar tahta Tuhan dan bermahkota, tapi bahkan mahkota mereka pun mereka lempar.
Tidak salah menjadi terkenal, tapi yang Tuhan inginkan adalah dampak hidup kita terhadap orang lain, karena menjadi terkenal juga makin banyak badai dan makin sulit untuk menjaga hati. Kalau saya pribadi lebih baik menjadi tidak terkenal karena bebannya tidak seberat kita menjadi terkenal tapi membawa dampak positif bagi Kerajaan Allah.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.